Sabtu, 25 Mei 2013

Sherlock Holmes dan Perjalanan Arsene Lupin Bab 1 bagian 3

part 1.3 – Tantangan yang menarik
            Setelah peristiwa mematikan itu, kami semua sampai di rumah dengan tenang pada sore hari. Aku bisa menyegarkan kembali wajahku dan membersihkan seluruh noda debu di badanku di dalam air dingin, sehingga aku merasa segar dan normal kembali. Irene Adler menginap sebentar di sini, sementara mengistirahatkan badannya yang telah terlibat aksi baku tembak di ladang pacu kuda Rodshire. Sherlock Holmes benar, Irene Adler selain seorang wanita sejati, namun dia juga pemberani. Sherlock Holmes belum pernah menyangka itu sebelumnya, jati diri Irene Adler terungkap sejak dia memenangkan kasus raja Bohemia yang mana satu hal seolah membuat Mrs. Adler bersikap kompetitif, dan Sherlock Holmes mengakui keahliannya. Saat dia menyapa Sherlock Holmes di suatu malam, ketika Holmes masih mengenakan penyamarannya sebagai pendeta, seorang pemuda menyapanya dengan langkah kaki yang cepat melewati kami. Sebelumnya saat perayaan di Briony Lodge, Sherlock Holmes dalam penyamarannya sebagai pendeta, lalu setelah dia mendapati dirinya masuk ke rumah Irene Adler karena luka akibat dari kerusuhan kecil di halaman rumahnya, aku melempar sebuah bom asap untuk mengalihkan perhantiannya bahwa ada kebakaran. Semua orang terkejut saat malam itu, Holmes bilang dia melihat dimana sebuah benda yang menjadi masalah besar bagi raja Bohemia tersimpan, Irene Adler yang menunjukannya sendiri secara spontan ketika asap keluar memenuhi udara kamarnya. Lalu Holmes mengatakan bahwa kebakaran itu diakibatkan oleh bom asap, katanya saat itu ada seseorang yang sengaja berusaha menggagalkan pernikahannya dengan Godfrey Northon, pelakunya itu aku secara diam diam. Namun tidak disangka sangka ternyata Irene Adler melakukan penyelidikan juga terhadap kami, saat itulah Irene Adler menyamar menjadi seorang pemuda, mengikuti kami kemudian menyapa Sherlock Holmes. Itu membuat Sherlock Holmes menyadari bahwa ada juga yang kehaliannya sebanding dengannya. Jika aku ingat kasus kasus Sherlock Holmes dan catatan catatanku, kertas kertasku menyimpan serangkaian pengalaman pengalaman unik dari petualanganku bersama Sherlock Holmes. Semua deduksinya selama ini nyaris semuanya tepat, aku yakin ini bukan karena dia memiliki keahlian seperti peramal gypsy, tapi Sherlock Holmes selalu mencari fakta sedetil detilnya juga bukti bukti kecil yang kebanyakan orang menganggap tidak penting. Imajinasinya tidak sembarangan, Holmes selalu mengutarakan berbagai pemikiran dan teori teori alternative dari setiap benang merah. Metodenya yang sangat teliti membuatku tidak menyerah ketika sebuah jalan buntu menghentikan penyelidikan kami. Sherlock Holmes dan Irene Adler, dua orang hebat yang pernah aku hidup bersama mereka. Aku tengah berganti baju, terdengar dari kamar Holmes ada seseorang mengetuk pintu. Setelah aku berpakaian lengkap dan rapi, aku beranjak keluar dari kamar Holmes. Kulihat ke tengah ruangan, kurasa Irene Adler sudah pulang selama aku mandi. Kubuka pintunya dan di depanku terlihat Sherlock Holmes dalam penampilan yang masih berantakan. Aku menariknya masuk ke dalam, dan menuangkan satu cangkir teh untuknya, juga pipanya. Aku selalu berfikir bahwa pipanya selalu membuat pikirannya tenang dari berbagai masalah, apapun. Kehangatan perapiannya menenangkan jiwanya. Salju tahun ini turun cukup lebat dan deras, dinginnya agak menusuk tulang. Tapi ada baiknya jika aku menanyai Holmes mengenai hasil investigasi komisaris Stanford.

“ betapa hari yang melelahkan, Holmes. Ayo masuk “.

“ betapa hari yang mengerikan, Watson ! “.

“ bagaimana hasilnya, Holmes ? “.

“ semua baik baik saja, kepala kubu ini bernama Garlish “.

“ lalu oknum oknumnya ? “.

“ mereka mendapat masing masing tindak lanjut, meskipun membutuhkan waktu yang lama “.

“ Mrs. Adler kurasa dia sudah pergi sebelum kau pulang, dan ini ada surat “.

“ surat apa ? “.

“ surat dari rivalmu “.

“ benarkah ? “

            Holmes membaca dengan seksama, tiba tiba Holmes membanting kertas ke mejanya. Seolah ada yang membuatnya sangat kesal pada surat itu. Aku bisa saja merasakan hal yang sama sepertinya, karena surat itu bernada arogan. Minggu ini akan menjadi minggu kami keluar masuk rumah, menghadapi rintangan rintangan berbahaya, dan menembus segala macam trik trik kriminal. Sangat melelahkan kedengarannya, tapi kami tidak bisa menghindari semua itu begitu saja. Sherlock Holmes selalu menangani kasus dengan kejeniusannya, melihat secara teliti, dan mengungkap bukti juga fakta yang menurut banyak orang tidak berguna. Tapi semua benda benda itu bagi Holmes sangat membantu kasusnya, seolah benda benda yang Sherlock Holmes temukan itu hidup, bisa berbicara dengannya dan memandunya menuju inti dari sebuah kasus. Beberapa kali aku mencoba metodenya, ternyata itu adalah bantuan yang sangat menonjol, meskipun beberapa kali pula aku keliru. Tapi itu salah satu yang menjadikan Holmes dipercaya, karena metodenya teliti dan logis. Aku melihat raut wajahnya yang lelah membuatku khawatir, ditambah surat dari Arsene Lupin datang padanya saat keadaannya sedang lelah dan letih. Sebenarnya aku ingat jebakan jebakan Lupin tidak begitu membahayakan, hanya jebakan jebakan konyol yang membantunya untuk sementara menghalangi mereka yang mengejarnya.

“ surat yang arogan, Watson “

“ ya, memang… lalu bagaimana dengan tantangannya ? “

“ aku sedang memikirkan sebuah rencana, Watson… “

“ aku bisa bantu membuat rencana, Holmes “

“ ya, tapi kau yakin ? ada kemungkinan besar kita akan kalah, Watson “

“ kalah ? “

“ ya, kau ingat telegram dari Lestrade, besok dia akan datang pagi pagi dan kita akan berangkat ke Paris. Pertanyaannya bagaimana kita akan menjalankan kasusnya dan menaklukan si Lupin ini dengan waktu yang singkat ? “

“ ya, aku ingat itu… “ di samping jawabanku, aku ikut memikirkan suatu rencana, yang efektif nan singkat.

“ kau tahu trick tricknya sangat pintar dan tidak mudah kita menghindarinya dengan waktu singkat “

“ tenanglah, Holmes ! “

“ tidak bisa, Watson !, kita akan menjalankan kasus Lestrade dalam keadaan dikejar kejar oleh dua pihak kepolisian dari masing masing Negara berbeda “.

“ ini beban berat, Holmes “

            Kemudian Sherlock Holmes terdiam sejenak, memikirkan lagi rencana yang bisa jadi lebih maju dan efektif. Bagaimana pun caranya aku harus memenuhi ide ide bagus untuknya, aku melihat di wajah Holmes ada kekhawatiran yang melanda hati dan pikirannya, seolah situasi ini adalah jalan buntu baginya. Seperti permainan dan teka teki dalam sebuah labirin, bagi orang awam semuanya membingungkan. Pikiran Sherlock Holmes mengenai keadaan ini membuatnya berada dalam penjara kebingungan, yang menjadikan satu satunya kunci hanyalah surat itu. Kebingungan yang sama juga sepertinya melanda pikiranku, hanya karena sebuah surat bernada arogan. Beberapa saat kemudian, sepertinya Sherlock Holmes mendapat sebuah gagasan yang memiliki kemungkinan untuk mengendalikan masalah ini, meskipun aku tidak tahu apakah itu baik atau buruk. Tiba tiba dia memintaku untuk memberikan lagi surat itu padanya, seketika aku merasa ada jawaban untuk situasi yang demikian gawat juga membingungkan seperti ini.

“ Watson, bisa kulihat lagi surat itu ? “.

“ baiklah ini, Holmes “. Aku memberikan surat itu padanya. Lalu beberapa detik dia membacanya sambil menopangkan dagunya di atas kepalan tangannya yang dia letakan di atas meja bundar kami.

“ coba kau teliti lagi surat ini, Watson benarkah ini dari Arsene Lupin ? “.

“ kau bisa lihat pada katup amplopnya, ada inisial A.L “.

“ kau yakin ? “.

“ tidak, juga. Tapi bukankah itu atas namanya ? “.

            Seraya memegan surat itu dan dalam hitungan detik, Sherlock Holmes menunjukannya padaku gerak gerik yang berisi gagasan menarik darinya. Tangan dan kakinya berganti ganti posisi, kelopak matanya melebar dan menyempit seolah dia sedang memperhatikan pemandangan remang remang, sementara semua persepsinya bahkan pandangannya tertuju pada surat itu dan tidak sekali pun melihat kepadaku. Saat saat inilah membuatku semangat kembali, dedikasi Holmes kembali pada situasi jalan buntu ini. Sepertinya jika kami mendapati sebuah teka teki tertunda di hadapan jalan buntu, maka Holmes akan membuat jalan buntu itu di dobraknya sehingga membuka sebuah jalan baru, seperti gagasannya. Holmes memperhatikan surat itu, kemudian membuka surat dari Lestrade. Kupikir dia sedang membandingkan kedua surat itu, aneh sekali !. Bagaimana caranya membandingkan kedua surat berbeda ? apa perbedaan yang dilihatnya ?. Dengan rasa ragu akan kehadiranku sendiri di hadapannya, tapi tidak masalah rasanya jika aku ikut mendukung gagasannya. Lalu aku duduk di kursi yang satunya lagi dari meja bundarnya itu, ditemani secangkir teh hangat dari Mrs. Hudson.

“ kau perhatikan, Watson. Kedua surat yang berbeda ini ! “.

“ ya, lalu apa ? “

“ apa bedanya ? “

“ aku tidak melihat perbedaan apa pun, Holmes ! “. Memangnya apa perbedaan kedua surat ini ?. setahuku ini surat yang berbeda karena maksud dan tujuannya masing masing. Satu dari seorang inspector dan satu lainnya dari seorang kriminal.

“ aku tidak melihat perbedaan kedua surat ini karena maksud di dalamnya, Watson ! “

“ jadi, apa yang kau dapat ? apa gagasanmu ? “.

“ lihatlah ini… surat Lestrade, memiliki stamp resmi kepolisian Perancis, dan ada tanda tangannya, tanpa perlu menyertakan insial Lestrade pada bungkus amplopnya. Sementara, surat dari Lupin, tidak ada tanda tangannya ataupun stamp yang mewakili bahwa ini dari Arsene Lupin di Perancis. Sekali lagi, Watson. Kau yakin ini dari Arsene Lupin ? “.
 
“ tadi aku tidak memperhatikan itu, Holmes “.

“ tidak masalah, Watson. Sekarang, jika ini surat dari Arsene Lupin, tidak ada tanda tangan aslinya. Adakah seseorang yang bisa menirukan tanda tangan orang lain ? “.

“ aku yakin, tidak ! “.

“ bagus, aku berfikir demikian, Watson “.

“ terakhir kali, aku dengar sendiri ucapan ucapan Lupin, tidak searogan ini. Dia adalah orang yang ramah, hanya saja dia menyembunyikan keahlian mencurinya dibalik penampilannya yang glamor dan perilaku ramahnya “.

“ bagus, Watson, lanjutkan ! “.

“ selain itu, Arsene Lupin tidak pernah meluncurkan permainannya secara langsung seperti ini. Dia selalu membuat jebakan jebakannya dengan berbagai macam tricknya. Dan permainannya bukanlah jebakan, tapi membuat jebakan adalah apa yang menjadikan suatu keahlian dari dirinya untuk melakukan berbagai trick layaknya dalam permainan “.

“ hebat, Watson ! “.

“ jadi, kemungkinan besar bahwa ini bukan surat dari Arsene Lupin, dan sekarang kita bisa abaikan surat ini. Kesempatan kita longgar dan tanpa khawatir bahwa kita masih memiliki dukungan Scotland Yard “.

“ kau hebat, Watson. Aku bahkan tidak memikirkan hal ini. Jadi pertama, ini perbandingan surat dari seseorang yang mengatasnamakan Arsene Lupin dan surat Lestrade, kedua ini perbandingan surat dari si pengirim dan sifat Arsene Lupin yang kita tahu “.

            Betapa melegakannya gagasan temanku ini, juga dukungan dariku. Tapi bukankah ancaman tetaplah ancaman ?. ada baiknya jika kami berjaga jaga, bisa saja pengirim surat ini salah satu anggota kubu pemburu hadiah yang lolos saat itu. Dan ini saatnya bagiku membuka kedua mata dan pikiranku pada sekeliling Baker Street, bahkan juga seluruh London. Perbandingan kami memecahkan teka teki ini memberikan nafas lega, meskipun belum sepenuhnya terungkap siapa pengirimnya. Tapi kami memiliki kesempatan untuk menangani kedua kasus, dari Lestrade dan permainan ini. Disamping hal itu, aku memiliki rasa penasaran dalam benakku akan hal hal yang kemungkinan datang. Adakah seorang teroris dibalik surat surat ini ? adakah kebenaran bahwa ini sebuah permainan ? apakah benar aku dan Holmes terkepung pihak dua Negara ?. masih saja ada hal yang membuatku ragu, setelah rasa lelah kami pergi sesaat, datanglah perasaan lain. Sungguh, minggu ini akan menjadi minggu kami berpetualang, membahayakan dan mengguncang jantung. Beberapa saat nanti, aku yakin kami harus memperkirakan kesulitan apalagi yang akan datang pada kami nantinya. Namun, aku melihat kesan tenang di raut wajahnya, seolah surat dari seseorang yang mengaku Arsene Lupin itu hanyalah kardus kardus yang menghalangi pejalan kaki. Tapi, apakah Sherlock Holmes tidak berfikir bahwa ini bisa jadi sebuah ancaman ?.

“ tapi, Holmes. Tidakkah kau berfikir bahwa ada ancaman dibalik surat yang demikian mudah ditebak ini ? “.

“ Watson, dibalik rasa tenangku, aku memikirkan hal itu “.

“ apa sebaiknya kita coba ke Brandwell street itu. Dan melihat apa yang sebenarnya terjadi ? “.

“ gagasan bagus, Watson. Kita masih punya kesempatan, ayo !  “. Sebelum Holmes beranjak dan memegang gagang pintu hendak membukanya. Aku menanyakan tongkatku yang hilang kemarin malam saat ada insiden empat orang kriminal.

“ sebelumnya, Holmes. Kau lihat tongkatku ? “

“ tidak, memangnya dimana benda itu ? “.

“ entahlah, Holmes. Tapi itu hilang semenjak kita melawan empat orang kriminal di restoran malam itu “.

“ begitukah ? gunakan payungku, Watson “. Dia menyuruhku untuk menggunakan payungnya saja untukku, sebagai pengganti tongkatku untuk sementara, aku bisa membelinya lagi lain kali.

             Aku dan Holmes pergi ke tempat tujuan kami sekarang ini, hanya memastikan apakah seseorang yang mengaku Arsene Lupin itu ada disana. Kami pergi dengan berjalan kaki, Brandwell Street tidak jauh ditempuh oleh kaki dari Baker Street. Sepuluh menit keberangkatan kami dari pondok Mrs. Hudson, 221 B Baker Street akhirnya sampailah kami ke Brandwell street. Betapa anehnya, kami melihat tidak ada apa apa disini, semuanya berjalan seperti biasa. Pejalan kaki, pedagang pedagang dari China, dan kereta kuda beraktivitas seperti biasa, kami memperhatikan orang orang di sekitar dan tidak ada dari mereka yang terlihat melakukan penyamaran. Aku tahu betul bagaimana Holmes membongkar seorang dalam penyamaran, karena Sherlock Holmes seorang yang ahli penyamaran. Tidak ada dari mereka yang penyamarannya sebaik Sherlock Holmes, karena ketika dia berjalan dalam penyamarannya, sampai sampai aku tidak mengenali bahwa itu adalah rekanku sendiri. Tidak lama kemudian, Holmes memintaku kembali ke pondoknya, setelah beberapa saat melihat bangunan bangunan di sekitar Brandwell Street. Selama perjalanan kembali, aku bertanya padanya apa saja yang sekiranya dia lihat disana tadi itu, aku memanggilnya dua kali namun dia tidak menolehkan sedikit pun pandangannya pada wajahku semenjak dia melihat seorang opsir yang bersandar pada salah satu tembok. Dari jarak beberapa meter dia memandang opsir itu, sepertinya opsir itu familiar baginya. Opsir itu bersandar dan wajahnya tertutup topinya, menunduk memandang tanah. Sampai kami melewatinya, Holmes kembali berpaling kepadaku.

“ Holmes, apa saja yang kau lihat selama kita berdiri di Brandwell street ? “.

“ tidak ada, semuanya seperti biasa “.

“ lalu apa lagi setelah itu ? “.

“ akan kuceritakan nanti di rumah, Watson “.

            Semakin cepat langkah kaki Holmes, aku melihatnya seolah ada yang membuatnya terburu buru. Sementara aku yakin sekali Sherlock Holmes sama sekali tidak dikejar waktu, lalu apa yang dirasakan olehnya ?. Dan kulihat tidak ada kejadian seperti kemarin, setengah kubu mengikuti kami secara diam diam, semuanya sudah baik baik saja sekarang. Kami kembali ke rumah, dan setelah aku masuk dan Holmes duduk kembali di kursinya di depan perapian. Aku bertanya mengenai apa yang membuat perhatiannya tertarik pada seorang opsir itu.

“ Holmes, kau baik baik saja ? “.

“ ya, Watson. Memangnya ada apa denganku ? ”.

“ lalu, apa saja yang kau lihat sepanjang perjalanan dari Brandwell Street ? “.

“ aku melihat ada seseorang yang mengawasi kita, Watson. Dari salah satu gedung di Brandwell Street “.

“ dan aku dua kali aku memanggilmu, kau tidak menjawab dan tetap melihat ke arah opsir itu “.

“ opsir itu, sepertinya pernah aku lihat sebelumnya “.

“ kau yakin ? “.

“ tentu, aku melihat pada dagunya ada bekas goresan luka. Dan luka itu ada pada dagu seseorang yang aku lihat saat kita berhasil menaklukan kubu permburu hadiah. Ada beberapa yang selamat, dan wajah opsir itu salah satunya ”.

“ begitukah ? “.

“ jika kau menanyakan demikian seperti apa yang kutanyakan sebelum berangkat, karena aku yakin hilangnya tongkatmu bersamaan dengan empat orang kriminal yang dibayar, ingat ! kubu pemburu hadiah memiliki seorang Tuan. Maka, aku yakin kubu pemburu hadiah ini belum selesai, Watson “.

“ dan ada hubungannya dengan empat orang kriminal itu. Adakah kemungkinan empat orang kriminal malam itu adalah anggota anggota pemburu hadiah ? “.

“ tepat, kau sangat yakin sekarang bahwa baru baru ini banyak aksi kriminal membuat kita terlibat ke dalamnya “.

“ ya, benar, Holmes. Dan bisa jadi bahwa mereka memiliki Tuan yang sama “.

“deduksi yang menarik, Watson. Aku suka itu ! “.

“ lalu apa yang kita lakukan sekarang ? “.

“ aku akan butuh bantuan Irene Adler untuk mengintai orang orang tertentu. Bisa jadi ini sebuah tantangan ? “.

“ tantangan yang menarik, Holmes ! “.

            Aku menanggapi pendapat Sherlock Holmes dengan mengantarnya ke Briony Lodge. Disana, di rumah Irene Adler, kami mendapati dirinya sendiri di rumahnya, tidak ada Godfrey Northon. Dengan mengharapkan bantuannya, Holmes mengutarakan bahaya yang sedang dihadapi kami saat ini. Sherlock Holmes mengharapkan bantuan Irene Adler, yang kemampuannya memata-matai dengan baik sekali. Aku mengetahui tindakannya saat itu, meskipun kemampuan mata mata Irene Adler sama dengan penyamaran Sherlock Holmes, namun keadaan yang melanda akan sama bahayanya dengan yang keadaan yang dihadapi Holmes. Kurasa temanku Sherlock Holmes benar, kubu pemburu hadiah belum selesai sampai disini. Aku juga mengharapkan yang sama seperti Sherlock Holmes, dan jika aku bisa mengutarakan pendapatku mengenai ini, maka aku akan sangat cermat mengatur strategiku dalam keadaan ini. Apakah ada hal lain yang lebih berbahaya dari kasus ini ? kurasa tidak, saat ini adalah suatu keadaan kami dikepung warga London, karena aku masih kesulitan mebedakan antara tuna wisma dan anggota kubu itu. Mereka bisa berbaur dimana saja. Baru kali ini aku mendengar sebuah kubu orang orang jalanan yang pemikirannya cerdik, biasanya kriminal kriminal  amatir meninggalkan jejak yang mudah sekali ditebak, bahkan tanpa bantuan Sherlock Holmes atau Scotland Yard, polisi polisi biasa pun bisa menanganinya, tapi tidak untuk kubu pemburu hadiah. Adakah suatu keahlian istimewa dari orang orang ini ?.

“ Sherlock Holmes ! “ sapa Irene Adler.

“ Mrs. Adler, aku butuh bantuanmu “.

“ kau yakin ? “.

“ ya, aku tahu betul keahlianmu, Mrs. Adler “.

“ apa yang akan kita hadapi kali ini ? “.

“ kau ingat kubu itu ?, mereka belum selesai sampai disini, Mrs. Adler “.

“ aku akan mengatur strategi dan langkah langkahmu, ditemani rekan setiaku, Dr.Watson, aku yakin kalian berdua aman untuk menemukan siapa kepala kubu ini “.

“ dan apa yang kau lakukan ? “.

“ aku akan menunggu. Aku yakin kau akan bertanya mengapa, Mrs. Adler ? dan jika kau menyangka aku takut akan bahaya ini, maka tidak sekali pun. Tapi, aku takut jika aku ikut bersama kalian, bahaya yang semakin besar mengintai kalian berdua. Kubu itu sudah mengenalku dengan baik, mereka menandai kemunculanku, Watson “.

            Jadi begitulah, alasan Holmes tidak melakukan apa apa, sementara kami mencari tahu banyak hal. Aku memang menduga duga sebelumnya bahwa aku akan melakukan beberapa investigasi seperti yang Holmes lakukan. Lalu, dengan mobilku, kami bertiga menuju Baker Street dari Briony Lodge. Sesekali aku meluncurkan pandanganku pada Sherlock Holmes, wajahnya pucat pasi dan bibirnya merah pudar, seperti mayat. Pasti ada kehawatiran mendalam pada dirinya, sepertinya dia dikepung oleh keadaan membingungkan saat ini. Terkadang dia menyembunyikan sebagian wajahnya dari leher sampai mulut di balik kerah tinggi dan scarfnya.

Sherlock Holmes dan Perjalanan Arsene Lupin Bab 1 bagian 2

Part 1.2 – Penghentian Kubu Pemburu Hadiah
            Saat jam jam pagi di tahun baru, Holmes merencanakan apa saja yang ia akan bawa dan lakukan di Paris nanti. Dia mencatatnya di sebuah buku kecil, aku sudah mengharapkan kali ini tidak ada lagi aksi baku tembak di Paris nanti, namun kelihatannya Holmes membekali pistol untuk jaga jaga. Sungguh sayang sekali bagiku telah menghilangkan tongkatku, karena tongkat itu yang biasa menjadikan senjata untukku berjaga diri, dan tongkat itu sebenarnya adalah sebilah pedang yang dibungkus dengan rapi dalam bentuk tongkat. Lalu aku memutuskan juga untuk membawa pistol seperti Holmes berjaga jaga. Tapi aku yakin, perjalanan kali ini tidak akan terlalu berbahaya jika memang aku dan Holmes akan menghadapi penjahat baru dan bahaya baru juga, karena kita yang mendukung pekerjaan Lestrade dan kubunya. Pagi hari jam 7 yang bersalju, pondokku kedatangan seseorang yang mungkin Holmes sudah kenal. Karena  baru saja aku mau membukakan pintu, Holmes melewatiku dan mengatakan biar dia saja yang menyambut tamu. Mungkin hari hari sebelumnya Holmes sudah mengadakan perjanjian dengan tamunya di pondok, ini sementara aku melanjutkan jurnalku. Kupikir tadinya tamu yang di luar itu adalah Mr. Schauffer dan Lestrade Kulihat Holmes membuka pintu lebar, dan di depan pintu terlihat seorang wanita muda, kira kira setinggi Mary Morstan lalu Holmes mempersilahkan wanita itu masuk dan duduk. Kemudian memperkenalkannya padaku.

“ Watson, sambutlah dengan senang hati… ini temanku komisaris Stanford dari kepolisian Winchester “. kata Holmes seraya berjalan mendekati kursi dan membawanya masuk.

“ ah, silahkan masuk, Mrs. Stanford “ jawabku dengan senang hati. Aku mengagumi apa yang membuatnya menjadi seorang komisaris, bahkab di London tidak ada satu wanita pun yang berprofesi sebagai opsir.

“ terima kasih, Mr. Sherlock Holmes dan tuan … ? “

“ Doctor John Watson, Mrs. Stanford “ kata Holmes.

“ aku rekannya, Mrs. Stanford “

“ kudengar juga bahwa kau adalah medis, mantan medis angkatan darat, Dr. Watson ? “

“ yaa, benar, Mrs. Stanford “

“ ah !, jadi apa yang menjadikan ini sebagai perjanjianmu datang mengunjungi kami, Mrs. Stanford ? “ Tanya Holmes sambil duduk di sebelah jendelanya yang menghadap ke jalanan Baker Street.

“ sebenarnya aku merasa bahwa kau sudah mengetahui kasus ini, ini mengenai kubu pemburu hadiah “

“ yaa, lalu apa yang membuatmu membutuhkan bantuan kami ? “ Tanya Holmes.

“ sudah berkali kali, siang dan malam, bahkan sehari penuh aku dan kelompokku melakukan penyelidikan, menangkap berbagai kriminal. Akan tetapi sebagian besar dari mereka menjawab bahwa mereka hanya orang jalanan biasa, dan kalaupun mereka melakukan kriminal pasti mereka hanya mencuri benda benda ringan dan tidak begitu penting, mereka mengakui itu tapi aku kebingungan akan hal ini ”.

“ hm,… sudahkah kau melihat perampokan baru baru ini, Mrs. Stanford ? “

 “ sering kali, di titik titik kota yang berbeda Mr. Holmes, tapi semua itu hanyalah perampokan yang biasanya, tidak ada yang begitu menarik, mudah sekali, divisi dari kepolosianku bahkan sudah bisa menanganinya. Aku tidak bertanggungjawab bagi siapa saja yang dirampok, tapi aku hanya butuh mengetahui siapa yang melakukan semua perampokan ini “. 

“ pada perampokan terakhir, Mrs, Stanford. Apa kau menemukan benda benda menarik, atau bagaimana tekstur perampokan itu ? “ aku menyela perbincangan Holmes dan komisaris Stanford.

“ maksudmu tekstur ? “ Tanya wanita itu.

“ maksudku, apakah perampokan yang terakhir kau selidiki, tempatnya berantakan atau kasusnya sebuah benda yang hilang dengan ruangan yang rapi dan terlihat masih utuh ? “ tanyaku lagi.

“ tidak, semuanya hancur berantakan. Mataku melihat bahwa itu perampokan biasa, tapi belum diketahui siapa pelakunya, Dr. Watson “

“ aku yakin, dari semua perampokan Mrs. Stanford salah satunya itu pasti meninggalkan jejak, Watson ! “ kata Holmes seraya memalingkan pandangannya kepadaku.

“ maka dari itu, Dr. Watson dan Mr. Holmes, aku dengan sangat membutuhkan bantuan kalian. Aku khawatir perampokan ringan ini berkelanjutan lalu tumbuh menjadi terror Winchester. Pagi ini aku mendapat panggilan mendadak sebenarnya, maka kutemui kalian pada jam 12 siang, di Walter Street 365, di Winchester. Aku pergi sekarang, terima kasih atas perhatianmu, Mr. Holmes, Dr.Watson ”. lalu mengangkat tubuhnya dari kursi dan menuju pintu, diantarkan oleh Holmes. Setelah menutup pintu, kemudian Holmes mengatakan padaku…

“ Watson, sebelum kita fokus pada kasus Lestrade dan Schauffer. Kita persiapkan diri untuk yang satu ini “

“ aku selalu siap, Holmes “

“ kali ini kedengarannya tidak mudah, Watson… “

“ apa yang tidak mudah ? “

“ kau dengar percakapanku dengannya, bahkan kau ikut berpendapat…. Tapi kau menyadari satu hal ? “

“ yaa, ini kasus perampokan biasa dan kita perlu mencari petunjuknya demi mengetahui siapa pelakunya… “

“ ada selain itu ? “

“ memangnya apa lagi ? “

“ kita akan menghadapi sebuah kubu, Watson… kau dengar bahwa perampokan itu sudah sering kali baru baru ini kata Mrs. Stanford, aku yakin pelakunya tidak hanya satu atau dua-tiga orang, terutama perampokan itu berada di titik titik yang berbeda…

“ bagaimana bisa ? “

“ aku yakin, prinsip si puppetmaster ( dalang ) sama seperti saat empat orang kriminal yang menghajarku saat makan malammu bersama Mrs. Morstan, sekarang aku berprasangka bahwa mereka memiliki titik temu di suatu tempat “.

“ di suatu tempat… hm, maksudmu, mereka dibayar ? “

“ yaa, meskipun dengan Tuan yang berbeda… Begini saja, kau kirim kabar ke kepolisian Scotland Yard London, sementara aku berangkat ke Winchester dari sekarang, kau tetap disini menunggu kehadiran kubu polisi London, lalu setelah bersama mereka kau menyusulku ke Walter Street Winchester “.

“ baiklah, aku pergi sekarang Watson “.

            Holmes telah menghilang keluar setelah menutup pintu, dia sudah memanggil kereta kuda. Jarang sekali yang menggunakan mobil sebagai kendaraan umum warga London, karena mobil masih sangat baru, satu tahun terakhir. Kemudian, sekitar jam 10 pagi, aku berangkat menuju kepolisian. Aku mengirim pesan yang diminta Holmes untuk dikirimkan pada mereka. Dan aku berangkat dengan mobilku, melewati lima blok ke arah utara dari Baker Street, enam blok ke barat dari Westland Street, lalu berbelok ke utara lagi sepanjang tiga blok dan dua blok terakhir aku sampai di markas Scotland Yard. Disana aku disambut oleh salah satu opsir dengan ramah, aku langsung memintanya mengirimkan kabar Holmes pada kepala Divisi 3. Namun sungguh mengejutkan, divisi 3 ternyata telah menyelidiki juga kasus ini, hingga hari ini. Beruntunglah yang aku rasakan, aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Aku hanya perlu memberi tahu mereka bahwa kepolisian Winchester membutuhkan tangan Scotland Yard dan Sherlock Holmes sedang bersama mereka sekarang. Tanpa penjelasan rumit atau berita persis yang diceritakan komisaris Stanford, aku mendapat satu kubu opsir Scotland Yard, yang beranggotakan lima orang bersenjata pistol otomatis dan tongkat. Tiga orang dari mereka naik kereta kuda, dan dua lainnya di kereta yang berbeda mengikutiku langsung menuju markas Winchester tanpa melalui Baker Street. Ternyata tugas Mrs. Stanford lebih awal dari yang ditentukan waktunya. Disana aku bertemu Holmes sudah bersiap di depan gerbang, bersama komisaris Stanford dan dua teman laki-lakinya, kurasa mereka bertiga sesama komisaris, lalu kulihat Sherlock Holmes bersama tiga opsir yang menjadi kubunya.

“ Holmes, Stanford ! “ aku menyapa mereka. Seraya membawa lima orang sekawanku di belakang, mereka berjabat tangan dengan opsir opsir Winchester ini.

“ Dr. Watson, kau siap untuk ini ? “ Tanya Mrs. Stanford

“ yaa, aku siap, kita punya kelompok “

“ sebelum misi berjalan, aku butuh strategi jangan sampai demikian mencurigakan, bahkan tidak dicurigai oleh satu orang jalanan pun. Begini, Stanford, kau maju di depan bersama dua temanmu, jaga jarak dari teman temanmu, jangan terlalu dekat dan buat agak renggang. Sementara aku dan Watson akan mengikuti beberapa langkah dari belakang, kalian opsir, delapan orang, berpencar dua baris. Kalian berempat di depan sejajar dengan Stanford, dua sisi kiri dan kanan, demikian empat yang lainnya, kalian di sisi kanan kiri kami ”.

“ yaa, aku siap, Mr. Holmes. Ayo jalankan, ayo semuanya, Doctor “ Mrs. Stanford menjawab dengan nada tenang, karena semua sudah direncanakan.

“ owh, komisaris Stanford, aku dan Holmes akan memberi kabar sesampainya di tempat kejadian, jika sewaktu waktu kita melihat gerak gerik mencurigakan sepanjang perjalanan “. Pendapatku menyarankan ketelitian dalam strategi Holmes.

“ gagasan bagus, Watson… ayo jalan, tuan tuan ! “.

            Perampokan terakhir si tersangka terletak empat blok ke arah timur dari kepolisian Winchester, tidak terlalu jauh. Tindak kriminal kali ini terjadi di sebuah toko bunga di jalan Baytower. Holmes meminta sebuah barang bukti dari markas, sebuah topi bermotif kotak kotak berwarna coklat tua dengan noda darah di sisi kanan dan agak kusam di bagian atasnya, awalnya aku tidak tahu menahu untuk apa benda itu nantinya, tapi Holmes pasti memiliki pendapatnya sendiri mengenai hubungan antara perampokan dan topi ini. Disamping itu, aku yakin betul Mrs. Stanford yang telah mendapati bukti berdebu ini masih baru, hal ini menguatkan persepsiku bahwa topi ini belum lama diambil dari tempat kejadian perampokan hari hari sebelumnya, mungkin satu atau dua hari sebelum perampokan di toko bunga ini. Terlihat jelas pada topi itu, Holmes menepuk nepukan bagian atasnya, debunya belum lekat menempel di atasnya dan masih bisa dibersihkan, Holmes mencium debu hitam pekat yang dia colek dari topi itu, katanya berbau arang. Adakah si pelaku telah menggunakan sesuatu yang mudah terbakar ? atau bahkan bahan peledak ? kurasa ya. Sepanjang perjalanan tak ada yang mencurigakan, warga Winchester terlihat seperti biasanya. Akhirnya sampailah aku di tempat kejadian, baiklah ini saatnya investigasi kriminal.

“ Mr. Holmes, Dr. Watson, ini tempatnya “ kata komisaris Stanford. Seraya mengajak kami masuk

“ apa perlu kita mulai langsung, Holmes ? “ tanyaku pada Holmes. Ketika aku sudah di dalam sementara Holmes masih di luar.

“ ya, Watson, komisaris Stanford, kalian lakukan yang terbaik, apapun itu sebisa kalian, aku akan melihat lihat sekitar, tapi jangan pindahkan benda benda yang tergeletak bahkan jangan sentuh apapun yang berantakan, biarkan mereka tergeletak di sana “.

“ ada baiknya tiga di antara kalian ikut Sherlock Holmes, tiga jaga di luar pintu dan dua lainnya, yaa, kalian berdua jaga di seberang jalan, waspadalah jika anarkisme datang tiba tiba “ aku memerintahkan kepada opsir opsir  yang kami bawa.

            Belum selesai Holmes berkeliling, aku memanggil Holmes karena aku melihat sesuatu yang menarik disini. Kemudian kembali lagi dengan tiga opsirnya, Holmes menodongkan telapak tangan kanannya pada tiga opsir itu, isyarat menjaga di luar saja. Ketika Holmes masuk aku menunjukan tiga benda tergeletak di lantai, yang mana kupikir akan menjadi petunjuk bagi investigasi ini. Antaranya ada topi bermotif kotak kotak coklat tua, amplop sobek berwarna coklat lumayan besar dan laci yang terbongkar letaknya ada di bawah meja si florist ( penjual/ahli khusus bunga ) dan isinya beberapa coin emas berantakan keluar, di atas lantai.

“ Holmes, komisaris Stanford, kemarilah “ kataku.

“ apa yang kau dapat, Watson ? “ Tanya Holmes.

“ ada yang menarik, Doctor ? “ Tanya komisaris Stanford.

“ ya, lihat ketiga objek ini, topi, amplop yang sobek, dan laci ini “.

“ apa pendapatmu Watson ? “

“ topi ini, aku berpikir mengenai topi ini. Si pelaku telah meninggalkan topinya secara tidak sengaja setelah melakukan aksinya, amplop ini berisikan surat yang berarti penting bagi si florist, maka dari itu si pelaku mengambil isinya dan, laci ini, di depannya ada emas yang berantakan, kurasa ada yang lebih berharga dari emas ini “.

“ interaksi yang bagus, Watson !, bagaimana menurutmu, Mrs. Stanford ? “

“ aku tidak tahu menahu, yang baru ini rumit, benda benda disini terlalu sederhana “

“ baiklah, Mrs. Stanford, Watson bagaimana kalau topi itu tidak ditinggalkan begitu saja, tapi memang sengaja dijatuhkan dan amplop itu, kurasa kau keliru untuk yang satu ini, aku setuju amplop itu penting bagi pemilik sebuah benda berharga. Tapi bagaimana kalau amplop si florist bukan apa yang menjadikan berarti penting baginya, tapi… sangat berharga bagi si pelaku, dan ya emas itu, ada yang lebih berharga dari emas emas itu”. Seraya mengambil amplop itu dari atas lantai.

“ pertama, Holmes, apa maksudmu ‘sengaja dijatuhkan’ ? “

“ meninggalkan jejak “ jawab Holmes sambil menundukan kepalanya, menempatakan pandangannya ke lantai.

“ maksudmu meninggalkan topi itu untuk menghilangkan jejak kriminalnya, dan sekarang si pelaku berganti pakaian dan penampilannya agar menjadikannya sebagai identitas baru dan tidak dikenal ? “ Tanya komisaris Stanford.

“ aku yakin bukan… tapi bisa saja demikian, Mrs. Stanford… dan… “

 
          Sherlock Holmes belum selesai bicara, terlihat suara ribut di luar. Kami semua reflex melihat ke arah seberang jalan, terlihat tiga orang opsir menangkap dua orang criminal. Satu pria bertubuh kurus tinggi, wajahnya sebagian tertutupi noda arang yang tipis, dan yang satunya lagi bertubuh ideal tapi agak mabuk. Dua opsir membawa mereka dan salah satunya melapor pada kami, untunglah mereka telah memborgol kedua tangan mereka. Satu opsir yang lain bertanya meminta perintah.

“ Komisaris Stanford, kami menangkap dua pelaku anarkis, apa yang harus kami lakukan sekarang ? haruskah kami membawa mereka ke markas ? kami menunggu perintah“

“ apa yang telah mereka lakukan ? “

“ mereka berdua berkelahi hingga memancing beberapa tuna wisma setempat ”. jawab salah sati opsir.

“ ya, bawa saja mereka ke… “ setengah kalimat perintah dari komisaris Stanford, Holmes menyelanya.

“ tidak, tunggu, tahan dulu, Mrs. Stanford… kita butuh mereka berdua, sebaiknya kau melakukan interogasi kecil sekarang juga, aku akan menelaah mereka “.

             Atas perintah Sherlock Holmes, komisaris Stanford melakukan interogasi mendadak. Entah apa yang ada di pikiran kedua pelaku anarkis ini, mereka terus menerus saling tatap senyum, dan tak lama kemudian tertawa kecil, dan menjawab pertanyaan dengan agak kacau terlontar dari mulut mereka. Aku hanya pikir mereka mabuk. Mereka berlutut sementara interogasi dari Mrs. Stanford berjalan.

“ baiklah, tuan tuan, anarkisme apa yang telah kalian perbuat ? “

“ tidak ada, kita bercanda “

“ untunglah perbuatan mereka masih kecil akibatnya, Mrs. Holmes… jawab aku dengan jujur, maka kalian akan baik baik saja, apa kalian melihat perampokan yang terjadi di tempat ini malam lalu ? “

“ tidak “ kata salah satu pria

“ ya ! “ yang satunya lagi berkata ya.

“ tidak ! “

“ ya !, itu teman kita yang melakukannya “

“ dia membawa kelompok ? “

‘ ya, dua orang temannya “ kata si pria kurus.

“ kalian pasti tahu dimana tempat tinggalnya ? “

“ tidak, dia seorang tuna wisma “

“ setidaknya kalian tahu dimana dia dan teman temannya suka berkumpul, beri tahu kami, dan kalian akan dipertanggungjawabkan, tenang saja, tuan tuan “. Pertanyaan Holmes menyela interogasi Mrs. Stanford

“ kawan, ini kesempatan bagus “. Kata satu temannya.

“ ya, baik, kita akan mengantar kalian ke tempatnya “.

            Kemudian kami semua dan kubu memutuskan untuk mengikuti dua orang ini ke tempat berkumpulnya si pelaku bersama teman temannya. Kami berjalan sejauh 3 kilometer, aku sempat berfikir dua orang mabuk ini sedang mempermainkan kami agar tersesat tak tahu dimana, sementara mereka berdua dengan mudahnya bisa berbaur dengan siapa saja, dimana saja. Kami menaiki bukit bukit kecil namun banyak, melangkahi jalan setapak, melewati semak semak sempit, menerobos kebun dan tibalah kami di sebuah ladang besar nan gersang, terselimuti salju. Tumbuh tumbuhan dan pepohonanya kering, tanah gersang dan angin menghempas debu yang bercampur embun hingga menyelimuti wajah dan mata kami dengan hempasan halus yang kering, tapi salju masih ikut terhempas dan memberi udara sejuk. Tempat itu ternyata sebuah lapangan pacu kuda yang sudah tidak dipakai sejak dua tahun lalu. Keadaan ini menjadikannya sebagai tempat yang bisa jadi cukup nyaman bagi markas para kriminal  dari manapun dan sangat tidak nyaman bagi siapa saja yang melewati lahan ini, namanya lapangan pacu kuda Rodshire. Mereka berdua meminta kami untuk menunggu di gerbang, dan mengajak hanya komisaris Stanford bersama dua temannya masuk ke salah satu penginapan yang letaknya kira kira seratus meter lebih dari gerbang. Aku bersama rekan yang lain berdiri menunggu sekitar dua puluh menit lamanya. Tiba tiba terdengar suara letusan senapan dari kejauhan, semuanya kaget, lalu Holmes mengeluarkan pistolnya dan mengatakan sebaiknya kami jemput mereka bertiga. Kami memberanikan diri masuk melewati ambang gerbang, apa yang terjadi ? kami melihat komisaris Stanford dan dua temannya berlari secepat mungkin meraih kumpulan kami. Dan apa yang kami lihat ?. Si komisaris berlari duluan, namun salah satu temannya tertembak di bagian diafragma dari belakang, dan tergeletak sekarat di atas tanah, sungguh pemandangan yang mengerikan. Segeralah aku menyiapkan pistol yang kubekali sebelumnya dan Holmes meminta dua pistol otomatis dengan amunisinya dari beberapa opsir, satu untukku dan satu untuknya. Untungnya opsir yang lain tak lupa membawa senapan, jadi aku bisa mendapatkan senjata kecil mereka. Benar apa yang telah dikatakan Holmes, kita melawan satu kubu. Belum sempat aku menempatkan pandanganku ke markas para barbar ini, mereke terlihat keluar dari sebuah penginapan, keluarlah mereka dan dari sana datang dua puluh orang, tentu kita kalah jumlah. Tapi sekawanan kami tidak menyerah, kami melawan mereka. Di sana, di hadapan sebuah gerbang ada tiga kandang kuda besar yang ada bantalan bantalan dari karung berisikan pasir di dalamnya, kami berlindung disana. Dan baku tembak dimulai, jika ini adalah instrument maka ini adalah instrument yang sangat mengerikan berjalan tidak bisa dihentikan, bersuara bising seperti kilat layaknya menyambar disamping telingaku. Aku tidak sempat berbicara ataupun memanggil siapa pun, semua suara tertutupi letusan letusan senapan antara opsir opsir dan para kriminal. Sherlock Holmes, komisaris Stanford dan opsir lain fokus berlindung sesekali mendirikan badannya yang bertelungkup tiarap, untuk meluncurkan peluru peluru mereka dari balik bantalan karung pasir yang melindungi diri kami. Di tengah tengah perseteruan yang demikian mematikan ini, empat orang opsir kami tertembak, dua di antaranya meninggal karena peluru para barbar mengenai tepat di jantung mereka. Sekawanan kami berkurang lima orang, sayang sekali, nyawa salah satu teman komisaris Stanford tak terselamatkan. Dua opsir lain tergeletak sekarat di belakang bantalan karung pasir, yang jaraknya beberapa langkah dari Holmes dan satu lagi kira kira tiga langkah dari komisaris Stanford. Delapan orang semua dari kami, pasukan kami hanya tinggal lima orang, kami belum menyerah. Pada moment moment yang mengguncang dada dan mengacaukan pikiran itu, Holmes berteriak pada semua yang tersisa.

“ kalian semua ! lemparkan granat asap kalian dan ikuti aba-abaku ! “ sahut Holmes.
            Semua opsir mengeluarkan granat asap mereka, melepas kuncinya dan melemparnya sejauh antara lima belas sampai dua puluh kaki. Sepuluh detik jangka waktunya, granat granat itu meledak, menghembuskan asap kelabu yang sangat gelap bagi kriminal kriminal itu. Lalu Sherlock Holmes mengisi-ulang pistol otomoatisnya, kemudian berdiri dengan membungkukan badannya sedikit. Dan dia berteriak.

“ semuanya, tembak ! “

            Suara pistol otomatis dan senapan senapan dari tiga orang opsir kami menciptakan suara suara letusan bising yang tiada hentinya, kecuali ketika mereka mengisi-ulangnya. Akan tetapi peluru peluru yang meluncur dari senapan orang orang itu tetap diusahakan untuk menembus pertahanan kami. Tak lama setelah itu, Holmes memberi perintah lagi.

“ semuanya merunduk !, baiklah, kita ada delapan orang, semua serempak sekarang, buang sisa peluru kalian dan isi ulang lagi ! setelah habis kita isi ulang bersama sama ! “. Teriak Holmes sambil menolehkan pandangannya ke kiri kanan, dengan posisi tubuhnya bersandar di balik salah satu bantalan karung pasirnya. Dan perintahnya mulai lagi.

“ satu, dua, tiga. Sekarang ! “ teriakan dari perintah Holmes mendapati semua anggotaku mengangkat tubuh mereka, dan meluncurkan peluru peluru.

            Ketika tidak ada harapan, keadaan kami berada di bawah kuasa laju peluru yang mematikan. Amunisi sudah tersisa sedikit lagi, opsir opsir sudah tidak punya granat asap yang lain lagi, karena mereka membawa masing masing satu tergantung di sabuk mereka. Sepertinya  Sherlock Holmes tidak kehabisan akal, belum lama dia memikirkan ide yang harus muncul mendadak, seseorang dari belakang melemparkan granat asap hingga jatuh hanya dua meter di depan kami. Asap yang menghembus dari sebuah granat kali ini bukan memberi kegelapan untuk orang orang kriminal itu, tapi memberi perlindungan kegelapan untuk kami, sehingga mereka musuh kami menghentikan senapannya. Dan saat kali ketiga ini, kami menang, mereka berhasil dilumpuhkan. Dua opsir yang sekarat itu adalah anggotaku, dan tiga korban lain, suhu badannya sudah berubah menjadi lebih dingin, tergeletak di lingkungan kriminal ini. Beruntungnya kami, penginapan mereka memiliki telegram yang masih berguna dengan baik. Kami semua masuk dengan pakaian yang kusam akibat debu mesiu dan noda dari granat granat asap, orang yang tersisa dibiarkan beristirahat di salah satu ruangan , sedangkan kriminal -kriminal yang sekarat dibiarkan di luar sana. Komisaris Stanford mengirim telegram ke markasnya dan meminta juga pertolongan medis dari salah satu rumah sakit di Winchester, untuk bertanggung jawab atas korban dan para kriminal yang sekarat, karena mereka nantinya akan diadili juga . Kami bertiga bernapas lega sekarang, meskipun berita duka dari kejadian yang kami lihat langsung sepertinya masih terngiang di pikiran. Aku bertanya pada Holmes mengenai siapa yang melempar granat yang terakhir itu.

“ Holmes, kau sadar, atau kau mengetaui siapa yang melempar granat terakhir itu ? “

“ itu tadi… dia… “ belum selesai Sherlock Holmes menyebutkan sebuah nama, seseorang wanita muncul dari ambang pintu. Wanita itu Irene Adler

“ tadi itu aku, Holmes… dan tentunya kau masih ingat aku, Doctor Watson “
 
“ bagaimana kau bisa sampai disini ? “ tanyaku padanya.

“ sebenarnya aku mengikuti jejak dan investigasi kalian, hanya saja aku berbaur dengan orang lain, aku yakin kau sempat melihat seorang wanita mengenakan scarf merah mawar membawa seikat besar bunga melewati langkahmu di sisi kanan “. Katanya

“ ya, aku melihatnya, Watson “ jawab Holmes.

“ Doctor Watson, bahkan aku sempat menyapa kalian dengan suara halus “

“ itu benar, Watson aku menjawab sapanya “

“ memangnya apa yang membuatmu mengikuti kami ? “

“ aku ingin mengetahui siapa pelaku perampokan ini, karena florist yang tokonya dirampok, dia sahabatku. Aku telah lama akrab dengannya, dia ahli dan tahu banyak soal bunga. Perasaanku lega sekarang dia aman di kepolisian Winchester, menunggu rekomendasi dari investigasi mengenai pelaku kriminal ini. Hari hari sebelumnya aku melihat perampokan lain, memang lebih sederhana “.

            Begitulah hidup kami hari ini, betapa mematikannya perseteruan kami di ladang pacu kuda Rodshire. Aku yakin betul apa yang terjadi hari ini bisa menjadi catatan yang berisikan pengalaman berbahaya bagiku dan Sherlock Holmes. Namun, disamping itu aku masih dihantui bayangan akan rasa penasaran yang memenuhi pikiranku. Terutama ketika Holmes menyebutkan bagaimana jika topi coklat kotak kotak itu sengaja dijatuhkan dan soal apa yang lebih berharga dari setumpuk kecil coin coin emas. Di tengah loby yang sudah usang, Holmes duduk di sebuah sofa, menjulurkan kakinya sepanjang sofa. Aku duduk di atas salah satu meja kayu dari bekas dan Stanford duduk di sebuah kursi kecil juga Irene adler, di kursi yang lainnya. Sebelum aku bertanya, Sherlock Holmes menanyakan pada sang komisaris akan apa yang telah dia perbuat di markas barbar itu, sehingga mereka membawa insiden dahsyat yang mengerikan pula. Sherlock Holmes bertanya dengan banyak menarik nafas panjang, seolah ada rasa kesal dalam dirinya akan hal ini.

“ Mrs. Stanford, sekarang katakanlah padaku apa yang telah terjadi di markas mereka yang kita singgahi sekarang ini ? “.

“ sebenarnya di sana aku… aku dan dua orang temanku tepat mendapati… “. Komisaris Stanford menjawab dengan terbata bata.

“ kumohon jawab dengan jelas, Stanford ! “. Lalu Sherlock Holmes membentaknya dengan nafas panjang terengah engah disertai perasaan yang masih tegang, layaknya komisaris Stanford telah melakukan kesalahan fatal dan merugikannya.

“ tenanglah, Holmes, semua baik baik saja sekarang “ aku menyelanya.

“ sebenarnya, aku dan dua temanku tadi dijebak di loby ini, dan kita semua terjebak dari sejak awal. Kedua orang kriminal yang kita tangkap itu pelaku perampokan toko florist. Dan ketika kami masuk, ternyata kami dihadapkan oleh mereka pada… “.

“ sebuah kubu, Mrs. Stanford ! jadi mereka bukanlah saksi dari teman mereka yang melakukan perampoan, tetapi mereka memang pelakunya dan aku sudah mengetahui itu, Watson. Kau ingat topi yang kau temukan ? “.

“ kau benar sekali, sebuah kubu, dan semuanya mengenakan topi “

“ pasti topi yang sama. Topi bermotif kotak kotak berwarna coklat tua “.

  tentu aku ingat topi itu. Maksudmu mereka menjebak kita dengan sebuah topi ? “.

“ ya, Watson. Aku suka investigasimu tadi. Aku sempat berfikir sama seperti kau, bahwa topi itu jatuh secara tidak sengaja. Dan aku setuju pendapat Mrs. Stanford bahwa topi itu dijatuhkan untuk merubah penampilannya agar tidak terlihat bahwa dia pernah melakukan tindak kriminal , tapi Mrs. Stanford keliru. Topi itu sengaja dijatuhkan sebagai jebakan, aku yakin sekali lagi, mereka memiliki Tuan yang membayar mereka “. Suaranya lebih tenang kali ini daripada nadanya yang membawa sedikit kemarahan dari dalam dirinya.

“ bagaimana bisa ? “.

“ kau ingat, Watson. Ketika sepanjang perjalanan menuju tempat kejadian, dan aku membawa topi yang aku minta dari kepolisian Winchester, hasil investigasi perampokan sebelumnya. Aku Tanya kau, Watson. Apa kau menyadari ada hal lain selama perjalanan kita ? “.

“ tidak, kurasa semua baik baik saja “.

“ aku ingat gagasanmu, bahwa kau ingin kita memberi kabar jika saja tadi ada yang mencurigakan. Tapi sayang, kali ini kau mengingkari perkataanmu sendiri, Watson “.

“ maksudmu apa ? jujur, aku tidak melihat ada yang mencurigakan sepanjang perjalanan ! “.

“ kau tidak lihat, saat kita di perjalanan menuju investigasi, kira kira ada sepuluh orang lebih mengenakan topi coklat ini, dan mereka bermotif kotak kotak “.

“ sungguh, aku menyesal, Holmes “. Aku sangat menyesal, benar apa yang dikatakannya mengenai aku, bahwa aku telah mengingkari kata kataku sendiri kali ini.

“ sayang sekali, Watson. Lupakanlah ! selain itu, sebagian dari mereka mengikuti kita secara tersebar, dan dua barbar itu, adalah dua orang dari mereka “.

“ lalu bagaimana mereka menjebak kita ? “.

“ perampokan yang mereka lakukan malam itu, si pelaku sengaja menjatuhkan topinya, agar dijadikannya petunjuk olehku. Aku sadar itu petunjuk yang sengaja dibuat, Bahkan topi dari investigasi sebelumnya, debunya belum lama. Jika debu ini sudah lama, maka ini tidak bisa dibersihkan begitu saja, dan debu yang menempel pada topi itu begitu tebal. Dan noda darahnya, aku memiliki keraguan akan ini karena ketika aku mencolek warna darahnya, aku mendapati jari telunjuk dan jempolku di selimuti oleh ampas merah tebal dan agak basah. Apakah kau berfikir itu darah ?. Watson, ambilkan aku segelas wine itu “. Holmes memintaku mengambilkan segelas wine yang ada di samping kaki kiriku. Dan wine itu kemudian dituangkan olehnya pada topi itu, pada titik yang ada noda darahnya. Dan apa yang terjadi dengan warna nodanya ?.

“ Wine ini berbau alkohol…lihat, Watson. Nodanya hilang, ini bukan darah ! “. Noda darah itu hilang setelah Holmes menyiramkan sedikit wine yang berisi alkohol pada topi itu.

“ cat warna ! “. Trick yang mudah kutebak.

“ tepat !, tipuan yang cerdik sekali, Watson ! “ sambil menolehkan pandangannya ke arahku, dengan mulut yang ditarik oleh otot senyuman di wajahnya.

            Setelah sekian lama beristirahat, kami semua mengangkat tubuh yang masih dibebani oleh rasa lelah beranjak pergi dari tempat itu, langsung menuju kepolisian Winchester. Beruntunglah sekembalinya kami semua dalam keadaan sehat, meskipun pada saat peperangan itu sangat menekan mental, dan sekali aku merasa beruntung karena tidak ada satu dari kami pun yang mengalami trauma. Sherlock Holmes dan komisaris Stanford pergi bersama sama naik kereta kuda menuju markas di Winchester, aku dan Irene Adler pulang ke pondok Mrs. Hudson juga opsir opsir lain pulang ke tempat masing masing. Sesampainya aku dan Mrs. Adler di rumah, kukira Holmes sudah sampai lebih dulu, bersamaan dengan kepulanganku di Baker Street datanglah sebuah surat, kali ini Irene Adler yang membacakan untukku.

“ aku tahu betapa membahayakannya tadi, Doctor Watson “. katanya.

“ ya, tapi ada baiknya… tadi itu sangat menolong, Mrs. Adler, kami tidak sadar bahwa kau yang menolong kami, aku dan Holmes akan sangat minta maaf juga terima kasih “.

“ itu tidak masalah. Doctor Watson, aku mendapat surat “

“ surat apa itu ? “ aku bertanya.

“ kurasa surat biasa, pada katup amplopnya ada inisial A.L. Kira kira apa ? atau siapa ini ? “

“ bisa kau bacakan ? “

“ tentu “ kemudian Irene Adler membacanya.

           
‘untuk Detective consultan London, Sherlock Holmes. Aku yakin kau masih ingat tulisan tangan siapa ini, ini aku yang pernah melakukan tindak kriminal dengan trik trik miliku yang handal. Kali ini aku mengakui, aku adalah seorang kriminal dari keluarga terkemuka, dan aku ingin mengetahui seberapa tinggi intuisimu, Mr. Sherlock Holmes. Maka dari itu, aku mengadakan sebuah permainan, dimana permainan ini akan membuat pemenang mendapat berlian Persia, salah satu yang kucuri dan bagi siapa pun yang kalah harus mengakui bahwa dia adalah kriminal. Permainan ini melibatkan kepolisian Inggris dan Perancis. Permainan akan tetap berjalan sekali pun kau berusaha menghindar, aku memiliki satu dukungan kepolisian Paris Pada hari kamis di Brandwell Street aku menunggumu, Sherlock Holmes’
                                                                                                                        ‘Arsene Lupin’
“ Arsene Lupin ? siapa itu ? “ Irene Adler mungkin belum pernah dengar nama ini, dia bertanya.

“ dia adalah seorang rival Sherlock Holmes “
“ seorang pencuri ? “

“ tepat sekali !, jika kau pernah dengar cerita Robinhood, dialah Robinhood-nya kalangan orang orang glamor “. Jawabku dengan nada yang sedikit kelelahan.

Sherlock Holmes Dan Perjalanan Arsene Lupin Bab 1 bagian 1

Part 1.1 – kejutan makan malam
            Pada suatu malam, saat hari bersalju tanggal 31 menunjukan berganti tahun sekarang 1889, malam di London begitu ramai. Sekarang jam 7.30 di tengah perjalanan dari Winchester ke London, dengan mobilku, aku melewati beberapa kedai makanan dan cafĂ©, berjalan jalan sedikit bersama kekasihku, Mary Morstan. Kupikir malam ini lebih baik menikmati suasana December yang gembira ini, hal ini cukup melepas rasa penatku setelah melayani beberapa pasien dari Winchester dan kurasa Holmes akan sedikit tenang ketika tidak ada tamu dan menikmati pipanya, atau duduk di kursinya yang ada di depan perapian karena malam ini memang indah, tapi agak sangat dingin. Tidak ada kasus yang kutangani bersama Holmes bulan ini, dan ini adalah saatnya istirahat bagi Holmes, akan kubiarkan dia melepaskan dahulu berkas berkas kepolisian London dan kasus kasus dari tangannya. Sherlock Holmes adalah seorang yang hebat akan imajinasinya, intelejennya tinggi dan metode metodenya yang ilmiah sangat berkesan bagiku, meskipun sering kali ditemani dengan penampilannya yang agak berantakan, rambutnya tidak disisir rapi, terutama penampilannya dalam jas dan kemejanya kusut baru baru ini, aku tidak memperhatikan bagaimana Mrs. Hudson merawat barang barang dan pakaiannya. Walaupun yang kupikir bahwa Holmes sedang istirahat bulan ini, tapi satu hal yang tidak pernah hilang dari dirinya, yaitu deduksinya, deduksi dari setiap masalah yang  dia selalu miliki, meskipun terkadang tidak masuk akal dan aku harus percaya akan imajinasi imajinasi yang menjadi perkiraan baginya. Memang terdengar konyol tapi begitulah Sherlock Holmes, teman 221 Baker Streetku ini. Mary Morstan bersama denganku malam ini, dan kami makan malam di salah satu pondok yang letaknya beberapa meter tidak jauh dari Baker Street rumah Sherlock Holmes, mejanya rapi, lantainya merah dengan motif garis garis miring berwarna kuning dan lampunya menyala terang menembus jendela ke arah luar ke jalan raya.

“ kita akan makan di sini ? ” Mary bertanya padaku.

“ ya, tentu “ jawabku.

“ tempat yang nyaman “

“ yaa, meskipun tidak mewah, tapi kurasa kita akan suka “ aku mulai duduk dan meletakan tongkatku.

“ kau bisa duduk terlebih dahulu, Watson… sementara aku akan pesan makanan “

“ ah ! tidak apa apa, biarkan pelayan datang pada kita “

“ owh, baiklah… owh ya, bagaimana kabar Holmes ? “

“ ah, dia butuh istirahat bulan ini, tapi aku tidak yakin bahwa dia sedang sakit… karena kasus terakhir bersamaku dia masih terlihat bertenaga dan bersemangat “

“ owh, begitu yaa… kau mau pesan apa, Doctor ? aku bisa pesankan “

“ boleh, silahkan… “

“ kau pesan apa ? “

“ apapun yang kau pesan ! “

            Seraya melihat lihat menu, Mary Morstan terlihat senang malam ini, dia mengakui ini malam yang indah di hadapan kota London. Aku yakin dia sedang menikmati hasil pekerjaannya sekarang ini, dia mentraktirku makan malam. Tidak seperti biasanya, karena pada hari hari sebelumnya aku yang mengajaknya makan, selalu, tapi hari ini dia mengajakku bahkan restoran inilah yang dia pilih sendiri untuk makan malam. Terdengar suaranya memesan makanan

“ aku pilih ini saja, steak paprika panggang dengan anggur Swiss, aku pesan masing masing dua... Ya terima kasih, pelayan, ah, Watson… bagaimana kasus terakhirmu dengan Holmes “

“ lebih tepatnya, kasus Holmes yang dia jalankan bersamaku ah hah hah !,… aku belum tahu bagaimana dia menyelesaikannya akhir akhir ini, karena hari paling terakhir dia menjalankan kasusnya sendiri “

“ memangnya kasus seperti apa ? kuharap kau berbagi sedikit catatanmu “

“ yaa begini, sebenarnya kasus ini tidak begitu sulit dipahami, karena kasus serupa sudah pernah kita tangani sebelumnya ”

“ kau bisa ceritakan ? “

“ tentu, kapan pun kau mau, ini cerita yang mudah, baiklah, jadi seingatku ada seorang klien, seorang pria berumur kira kira 38 tahun. Dia menceritakan kasusnya mengenai hilangnya warisan ayahnya, tapi semua itu terjawab sudah. Pelakunya ternyata kakaknya sendiri, petunjuknya sangat aneh, setiap kali ada perampokan dari ulah kakaknya, tentunya dia tidak tahu apa apa saat itu, dimana pun dia berada pasti ada surat yang mengancamnya, meskipun surat itu bukan karena tulisan tangan kakaknya. Kasus terbongkar setelah investigasi dan observasi Holmes menemukan perampokan terakhir kakaknya, ada sebuah surat ketika Holmes sangat tahu cara kakaknya berkata kata, meskipun bukan tulisannya dan sang klien mengakui itu perkataan kakaknya pada surat itu, aku tidak tahu apa yang dia katakan. Tapi itulah yang membuat semua misteri sang klien terungkap dan sekarang hanya tinggal tindaklanjut bagi sang tersangka “.

“ wowh, begitu menarik bagiku “

“ yaa, karena ini pertama kalinya kau mendengar sebuah kasus, Holmes selalu mengatakan bahwa, semakin aneh sebuah kasus maka semakin sederhana petunjuk petunjuknya “

“ ah, yaa tentunya hah hah “

“ kuharap Holmes bisa menjaga diri, karena baru baru ini ada satu kubu orang orang bayaran, itu bisa jadi sebuah komunitas, entah apa nama komunitas itu. Tapi ciri ciri anggotanya, kabarnya mereka melakukan apa saja demi upeti, dan mereka berkeliaran “

“ maka begitu berbahaya di luar sini, tapi aku yakin kuharap Holmes baik baik sa… “

            tepat sebelum Mary selesai berbicara, jendela kaca disampingku yang menghadap ke jalan Ballister, pecah dan munculah Holmes terlempar dari luar lalu terbaring di atas mejaku, tubuhnya menimpa hidangan malamku dan Mary. Aku dan Mary sangat terkejut, dan semua orang melihat ke arahnya. Entah apalagi yang menjadi insidennya, aku sangat kesal melihatnya dengan keadaan pakaian yang kusut dan wajah yang lebam di pipi kiri juga memar merah ringan di atas halis kanannya. Kejutannya merusak suasana makan malamku bersama Mary, tapi bagaimana pun aku perlu menolongnya karena Holmes telah banyak menolongku di saat berbagai rintangan berbahaya melandaku bersamanya.lalu Holmes menyapaku dengan keadaan terbaring kacau seperti itu.

“ selamat malam, Watson… malam yang indah “ seraya menggulingkan dirinya jatuh dari atas mejaku ke lantai, lalu menepuk nepuk bagian dada dan bahunya, membersihkan debu dan pecahan kaca dari pakaiannya. “ aku sadar aku telah merusaknya, lindungi Mrs. Morstan dan pegang payung ini ! “ seraya berdiri dan menegakan badannya.

“ Holmes … tapi untuk apa, apa yang terjadi !? “

“ bukan apa apa, Watson… tapi “ tiba tiba ada tangan seorang pria gemuk menariknya ke tengah tengah ruangan di antara meja meja hingga Holmes jatuh lagi, sebagian besar orang keluar ketika pria gemuk itu meluncurkan pelurunya ka arah langit langit. “ tapi … gunakan payung itu sebagai pemukul ! “

“ Holmes, bertahanlah, Mary, sembunyi dibalik meja bar itu ! “ adegan apalagi yang harus kuhadapi sekarang ?.

“ Watson !, kau hadapi tiga bidaknya, aku hadapi pegulat ini ! “ Holmes memerintahkanku dengan tubuh yang tidak seimbang akibat menghadapi pukulan pukulan pria gemuk itu. Semuanya tampak kacau, makan malamku, pakaian Holmes, juga rencanaku pulang dan semua pelanggan yang berada di luar, melihat lewat kaca jendela dari luar. Restorannya hancur sudah, karena empat kriminal ini. Aku tidak tahu apa yang membuat mereka menyerang Holmes tapi, aku yakin Holmes tahu penyebabnya. Beberapa pukulanku melayang pada tiga orang itu, tapi mereka belum menyerah juga, meskipun tubuh mereka mulai lesu ditambah mereka memang dalam keadaan mabuk, aku pun merasakan nyeri otot yang berlebih akibat pukulan pukulan mereka, aku berusaha mencari tongkatku tapi itu hilang dan hanya kugunakan payung Holmes sebagai senjata yang kupegang sekarang. Kemudian, betapa mengejutkannya, tiga orang itu mengeluarkan masing masing pisaunya, salah satunya pisau yang agak besar dan panjang. Aku menegakan payung Holmes dan memukul-mukulkannya ke arah tiga orang berpisau itu, mengaitkan gagangnya pada tangan pria yang memegang pisau besar, memutarkan langkahnya sehingga dia bertabrakan dengan dua lainnnya, mereka sempat terkapar menabrak meja meja di sekitar. Tapi mereka masih juga lebih kuat untuk berdiri, lalu aku memerintahkan Mary yang bersembunyi di belakang meja bar untuk melemparkan salah satu kuali kepadaku.

“ Mary, lemparkan kuali itu padaku, yang besar itu ! “ aku berteriak memerintahkannya sementara aku memegang bahu salah satu pria, dan kedua tangan pria itu mencengkram kedua lenganku juga.

“ baiklah, Watson !... yang mana !? “ dia bingung dan mulutnya kaku karena pikirannya kacau dan dirinya panik.

“ tak usah dipilih, Mary !... Yang mana saja, yang paling besar… lemparkan ke arahku ! “ lalu dia melemparkannya kepadaku, kebetulan tubuh pria yang kupegang itu membelakangi Mary beberapa langkah dari meja bar. Saat dia melemparkan kuali itu, tidak disangka Mary melemparkannya bukan ke arah tangkapanku, tapi melayang dan jatuh tepat di atas kepala pria ini. Seketika pria itu pingsan.

“ lemparan bagus, Mary… “ aku menghela nafas panjang, lalu Holmes berteriak lagi padaku. Sungguh aku tidak mengharapkan lemparan itu.

“ Watson !, payungku ! “ aku berusaha melemparkannya ke arah Holmes tapi, lemparanku meleset dan payungnya ditangkap oleh pria gemuk itu, Holmes mulai melangkah mundur. Tapi Holmes mampu menangkis pukulan pukulan yang datang dari si pria gemuk, dan berhasil merebut kembali payungnya. Kini giliran Holmes memukulinya. Kulihat dia, melemparkan bubuk merica dari salah satu meja ke arah wajah si gemuk, lalu pria itu bersin bersin, Holmes mengaitkan gagang payungnya ke lututnya, lalu Holmes berlutut dengan satu lututnya memukul bagian patella ( sendi antara tulang paha dan tulang betis ), pria itu jatuh berlutut Holmes berdiri, gerakan berputar dengan memegang payungnya berputar tigaratusenampuluh derajat ke kiri memukulkan gagang payungnya ke leher bagian kiri lalu berputar lagi kanan memukulkannya ke pipi kanan dan terakhir memukul bagian craniumnya ( tulang bagian dahi ), kemudian pria gemuk itu pingsan dan terkapar di atas lantai. Aku mau menangani dua yang lainnya, akan tetapi mereka berdiam diri di hadapan Mary, aku sempat terheran, kemudian mereka meletakan kedua tangan di belakang kepala atas perintah Mary. Aku tidak pernah berfikir sebelumnya bahwa Mary bisa melakukan hal itu, seraya menodongkan pistol pada dua orang itu lalu Mary memerintahkan semua orang yang ada di luar, untuk masuk memanggil pihak berwenang untuk mengurus kedua orang yang tersisa ini.
            sebuah kekacauan berakhir pada malam hari ini, empat tersangka itu telah ditangkap dan dibawa ke tempat tahanan di London. Aku, Holmes dan Mary kembali pulang ke pondok Mrs. Hudson. Malam kencanku bersama Mary berakhir mengecewakan, karena kedatangan Sherlock Holmes yang mengejutkan bersama empat orang kriminal. Sesampainya di pondok,  Mary menghela nafas panjang, kemudian meminta Holmes menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, sambil membentak.

“ astaga, apalagi itu tadi, Holmes !? “ tanya Mary.

“ bukan apa apa, Mrs. Watson ! “

“ lalu, bagaimana kau menjelaskan semua ini !? “ aku menyela pertanyaan Mary.

“ ahmm, sebenarnya… aku sedang menuju perjalanan pulang dari Briony Lodge, hanya dua Blok tidak jauh kereta kudaku berhenti sebelum Baker Street. Ketika aku melewati Vellyard street, dari salah satu gang muncul empat orang itu, entah apa yang membuatnya mengejarku, Watson…hingga ke tempat makanmu, tapi aku yakin seseorang membayar mereka ! “

“ bagaimana kau bisa berfikir demikian ? “ Mary bertanya.

“ yaa, itu mudah sekali, mereka tidak tahu siapa aku, aku pun tidak. Tapi… aku yakin sekali ada orang yang telah menandai ciri ciri penampilanku, Mrs. Watson… seolah di mata mereka, aku adalah orang yang sangat familiar ” .

“ menurutmu siapa orang yang telah melakukan ini ? “ aku bertanya dengan tenang.

“ aku tidak tahu, tapi aku bisa cari tahu “. Holmes menarik nafas lelahnya.

            Tak lama kemudian, terlihat sosok Mrs. Hudson muncul di depan pintu kamar kami, membawa sepucuk surat dan sebuah kubus panjang ringan dan kecil. Perhatianku berubah dari fokus pada Holmes dan mulai menerima paket kecil dari tangan Mrs. Hudson. Aku menanyakan siapa pengirimnya, tapi Mrs. Hudson hanya memberikan dan kembali ke lantai utama, aku pikir ada pekerjaan atau pelanggan lain yang perlu dia terima. Ketika aku duduk di kursi Holmes di depan perapian lalu aku membuka suratnya, tulisannya sangat halus dan nyaman untuk dibaca. Isinya :

           
“ Untuk temanku yang terhormat, Sherlock Holmes dan rekan setiamu, Dr. Watson”
“ aku membutuhkan bantuanmu bertugas di Paris, bersama temanku dari kepolisian Perancis Mr. Schauffer. Sebuah telegram datang ke London, kudapati telegram ini dari salah satu bank di Paris, karena itulah aku berada di Perancis sekarang. Surat itu menyatakan telah adanya perampokan di Hotel d’Ors, kami menemukan beberapa petunjuk, ada topi polisi Paris, tongkat pemukul, dan sebuah pistol. Semuanya tergeletak berantakan di samping lemari uang yang telah di dobrak, Beberapa investigasi menyatakan ini ulah Arsene Lupin, tapi kami belum mengetahui apakah ini memang ulahnya, dan hubungan topi polisi, tongkat pemukul dan pistol dengan Arsene Lupin. Ada satu benda yang meyakinkan bahwa Arsene Lupin terlibat dalam perampokan itu, kau bisa membuka kotak yang aku kirim bersama surat ini. Tiga hari dari sekarang, aku dan Schauffer akan mengunjungimu antara jam 8 atau jam 9 pagi. Sekali lagi kami butuh bantuan tanganmu maka dari itu, kuharap dengan sangat, Mr. Holmes dan Dr. Watson untuk membantu investigasi kami ”.

                                                                                    “ salamku, Inspector Lestrade, divisi 8 ”.


“ baiklah, Watson… kau bisa buka kotak itu “

“ yaa, ini dia !, kau masih mengenali jarum ini, Holmes ? “

“ ya, senjata kecil dari seseorang yang pernah menjadi rivalku, Watson…Si Penipu Ulung Perancis ! “

“ memangnya siapa rivalnya, Watson ? “ Mary bertanya.

“ tidak salah lagi, Mrs. Watson !, Arsene Lupin ! “

            Holmes menjawab Mary dengan agak kesal karena mendengar nama itu lagi, seraya menempelkan jari jarinya dari kedua tanganya dan menopangkannya ke dagunya. Aku rasa Holmes berfikir entah kasus apalagi yang dihadapinya sekarang ini, terutama harus bertemu lagi sosok yang dulu sering menjebak Holmes dan aku dalam permainan konyolnya. Pertemuan kami dengan tahun baru kali ini bukanlah waktu untuk merayakannya seperti masyarakat London pada umumnya. Sherlock Holmes lebih mementingkan masalah serius orang lain, demi membantu mereka yang membawa kasus kasus aneh. Keanehan kasus mereka itulah yang membuat Holmes tertarik, Holmes tidak peduli seberapa besar ia akan dibayar, tapi yang terpenting hasrat penasarannya membawa semangat dan imajinasi untuk berbagai macam deduksi.