Sabtu, 25 Mei 2013

Sherlock Holmes dan Perjalanan Arsene Lupin Bab 1 bagian 2

Part 1.2 – Penghentian Kubu Pemburu Hadiah
            Saat jam jam pagi di tahun baru, Holmes merencanakan apa saja yang ia akan bawa dan lakukan di Paris nanti. Dia mencatatnya di sebuah buku kecil, aku sudah mengharapkan kali ini tidak ada lagi aksi baku tembak di Paris nanti, namun kelihatannya Holmes membekali pistol untuk jaga jaga. Sungguh sayang sekali bagiku telah menghilangkan tongkatku, karena tongkat itu yang biasa menjadikan senjata untukku berjaga diri, dan tongkat itu sebenarnya adalah sebilah pedang yang dibungkus dengan rapi dalam bentuk tongkat. Lalu aku memutuskan juga untuk membawa pistol seperti Holmes berjaga jaga. Tapi aku yakin, perjalanan kali ini tidak akan terlalu berbahaya jika memang aku dan Holmes akan menghadapi penjahat baru dan bahaya baru juga, karena kita yang mendukung pekerjaan Lestrade dan kubunya. Pagi hari jam 7 yang bersalju, pondokku kedatangan seseorang yang mungkin Holmes sudah kenal. Karena  baru saja aku mau membukakan pintu, Holmes melewatiku dan mengatakan biar dia saja yang menyambut tamu. Mungkin hari hari sebelumnya Holmes sudah mengadakan perjanjian dengan tamunya di pondok, ini sementara aku melanjutkan jurnalku. Kupikir tadinya tamu yang di luar itu adalah Mr. Schauffer dan Lestrade Kulihat Holmes membuka pintu lebar, dan di depan pintu terlihat seorang wanita muda, kira kira setinggi Mary Morstan lalu Holmes mempersilahkan wanita itu masuk dan duduk. Kemudian memperkenalkannya padaku.

“ Watson, sambutlah dengan senang hati… ini temanku komisaris Stanford dari kepolisian Winchester “. kata Holmes seraya berjalan mendekati kursi dan membawanya masuk.

“ ah, silahkan masuk, Mrs. Stanford “ jawabku dengan senang hati. Aku mengagumi apa yang membuatnya menjadi seorang komisaris, bahkab di London tidak ada satu wanita pun yang berprofesi sebagai opsir.

“ terima kasih, Mr. Sherlock Holmes dan tuan … ? “

“ Doctor John Watson, Mrs. Stanford “ kata Holmes.

“ aku rekannya, Mrs. Stanford “

“ kudengar juga bahwa kau adalah medis, mantan medis angkatan darat, Dr. Watson ? “

“ yaa, benar, Mrs. Stanford “

“ ah !, jadi apa yang menjadikan ini sebagai perjanjianmu datang mengunjungi kami, Mrs. Stanford ? “ Tanya Holmes sambil duduk di sebelah jendelanya yang menghadap ke jalanan Baker Street.

“ sebenarnya aku merasa bahwa kau sudah mengetahui kasus ini, ini mengenai kubu pemburu hadiah “

“ yaa, lalu apa yang membuatmu membutuhkan bantuan kami ? “ Tanya Holmes.

“ sudah berkali kali, siang dan malam, bahkan sehari penuh aku dan kelompokku melakukan penyelidikan, menangkap berbagai kriminal. Akan tetapi sebagian besar dari mereka menjawab bahwa mereka hanya orang jalanan biasa, dan kalaupun mereka melakukan kriminal pasti mereka hanya mencuri benda benda ringan dan tidak begitu penting, mereka mengakui itu tapi aku kebingungan akan hal ini ”.

“ hm,… sudahkah kau melihat perampokan baru baru ini, Mrs. Stanford ? “

 “ sering kali, di titik titik kota yang berbeda Mr. Holmes, tapi semua itu hanyalah perampokan yang biasanya, tidak ada yang begitu menarik, mudah sekali, divisi dari kepolosianku bahkan sudah bisa menanganinya. Aku tidak bertanggungjawab bagi siapa saja yang dirampok, tapi aku hanya butuh mengetahui siapa yang melakukan semua perampokan ini “. 

“ pada perampokan terakhir, Mrs, Stanford. Apa kau menemukan benda benda menarik, atau bagaimana tekstur perampokan itu ? “ aku menyela perbincangan Holmes dan komisaris Stanford.

“ maksudmu tekstur ? “ Tanya wanita itu.

“ maksudku, apakah perampokan yang terakhir kau selidiki, tempatnya berantakan atau kasusnya sebuah benda yang hilang dengan ruangan yang rapi dan terlihat masih utuh ? “ tanyaku lagi.

“ tidak, semuanya hancur berantakan. Mataku melihat bahwa itu perampokan biasa, tapi belum diketahui siapa pelakunya, Dr. Watson “

“ aku yakin, dari semua perampokan Mrs. Stanford salah satunya itu pasti meninggalkan jejak, Watson ! “ kata Holmes seraya memalingkan pandangannya kepadaku.

“ maka dari itu, Dr. Watson dan Mr. Holmes, aku dengan sangat membutuhkan bantuan kalian. Aku khawatir perampokan ringan ini berkelanjutan lalu tumbuh menjadi terror Winchester. Pagi ini aku mendapat panggilan mendadak sebenarnya, maka kutemui kalian pada jam 12 siang, di Walter Street 365, di Winchester. Aku pergi sekarang, terima kasih atas perhatianmu, Mr. Holmes, Dr.Watson ”. lalu mengangkat tubuhnya dari kursi dan menuju pintu, diantarkan oleh Holmes. Setelah menutup pintu, kemudian Holmes mengatakan padaku…

“ Watson, sebelum kita fokus pada kasus Lestrade dan Schauffer. Kita persiapkan diri untuk yang satu ini “

“ aku selalu siap, Holmes “

“ kali ini kedengarannya tidak mudah, Watson… “

“ apa yang tidak mudah ? “

“ kau dengar percakapanku dengannya, bahkan kau ikut berpendapat…. Tapi kau menyadari satu hal ? “

“ yaa, ini kasus perampokan biasa dan kita perlu mencari petunjuknya demi mengetahui siapa pelakunya… “

“ ada selain itu ? “

“ memangnya apa lagi ? “

“ kita akan menghadapi sebuah kubu, Watson… kau dengar bahwa perampokan itu sudah sering kali baru baru ini kata Mrs. Stanford, aku yakin pelakunya tidak hanya satu atau dua-tiga orang, terutama perampokan itu berada di titik titik yang berbeda…

“ bagaimana bisa ? “

“ aku yakin, prinsip si puppetmaster ( dalang ) sama seperti saat empat orang kriminal yang menghajarku saat makan malammu bersama Mrs. Morstan, sekarang aku berprasangka bahwa mereka memiliki titik temu di suatu tempat “.

“ di suatu tempat… hm, maksudmu, mereka dibayar ? “

“ yaa, meskipun dengan Tuan yang berbeda… Begini saja, kau kirim kabar ke kepolisian Scotland Yard London, sementara aku berangkat ke Winchester dari sekarang, kau tetap disini menunggu kehadiran kubu polisi London, lalu setelah bersama mereka kau menyusulku ke Walter Street Winchester “.

“ baiklah, aku pergi sekarang Watson “.

            Holmes telah menghilang keluar setelah menutup pintu, dia sudah memanggil kereta kuda. Jarang sekali yang menggunakan mobil sebagai kendaraan umum warga London, karena mobil masih sangat baru, satu tahun terakhir. Kemudian, sekitar jam 10 pagi, aku berangkat menuju kepolisian. Aku mengirim pesan yang diminta Holmes untuk dikirimkan pada mereka. Dan aku berangkat dengan mobilku, melewati lima blok ke arah utara dari Baker Street, enam blok ke barat dari Westland Street, lalu berbelok ke utara lagi sepanjang tiga blok dan dua blok terakhir aku sampai di markas Scotland Yard. Disana aku disambut oleh salah satu opsir dengan ramah, aku langsung memintanya mengirimkan kabar Holmes pada kepala Divisi 3. Namun sungguh mengejutkan, divisi 3 ternyata telah menyelidiki juga kasus ini, hingga hari ini. Beruntunglah yang aku rasakan, aku tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Aku hanya perlu memberi tahu mereka bahwa kepolisian Winchester membutuhkan tangan Scotland Yard dan Sherlock Holmes sedang bersama mereka sekarang. Tanpa penjelasan rumit atau berita persis yang diceritakan komisaris Stanford, aku mendapat satu kubu opsir Scotland Yard, yang beranggotakan lima orang bersenjata pistol otomatis dan tongkat. Tiga orang dari mereka naik kereta kuda, dan dua lainnya di kereta yang berbeda mengikutiku langsung menuju markas Winchester tanpa melalui Baker Street. Ternyata tugas Mrs. Stanford lebih awal dari yang ditentukan waktunya. Disana aku bertemu Holmes sudah bersiap di depan gerbang, bersama komisaris Stanford dan dua teman laki-lakinya, kurasa mereka bertiga sesama komisaris, lalu kulihat Sherlock Holmes bersama tiga opsir yang menjadi kubunya.

“ Holmes, Stanford ! “ aku menyapa mereka. Seraya membawa lima orang sekawanku di belakang, mereka berjabat tangan dengan opsir opsir Winchester ini.

“ Dr. Watson, kau siap untuk ini ? “ Tanya Mrs. Stanford

“ yaa, aku siap, kita punya kelompok “

“ sebelum misi berjalan, aku butuh strategi jangan sampai demikian mencurigakan, bahkan tidak dicurigai oleh satu orang jalanan pun. Begini, Stanford, kau maju di depan bersama dua temanmu, jaga jarak dari teman temanmu, jangan terlalu dekat dan buat agak renggang. Sementara aku dan Watson akan mengikuti beberapa langkah dari belakang, kalian opsir, delapan orang, berpencar dua baris. Kalian berempat di depan sejajar dengan Stanford, dua sisi kiri dan kanan, demikian empat yang lainnya, kalian di sisi kanan kiri kami ”.

“ yaa, aku siap, Mr. Holmes. Ayo jalankan, ayo semuanya, Doctor “ Mrs. Stanford menjawab dengan nada tenang, karena semua sudah direncanakan.

“ owh, komisaris Stanford, aku dan Holmes akan memberi kabar sesampainya di tempat kejadian, jika sewaktu waktu kita melihat gerak gerik mencurigakan sepanjang perjalanan “. Pendapatku menyarankan ketelitian dalam strategi Holmes.

“ gagasan bagus, Watson… ayo jalan, tuan tuan ! “.

            Perampokan terakhir si tersangka terletak empat blok ke arah timur dari kepolisian Winchester, tidak terlalu jauh. Tindak kriminal kali ini terjadi di sebuah toko bunga di jalan Baytower. Holmes meminta sebuah barang bukti dari markas, sebuah topi bermotif kotak kotak berwarna coklat tua dengan noda darah di sisi kanan dan agak kusam di bagian atasnya, awalnya aku tidak tahu menahu untuk apa benda itu nantinya, tapi Holmes pasti memiliki pendapatnya sendiri mengenai hubungan antara perampokan dan topi ini. Disamping itu, aku yakin betul Mrs. Stanford yang telah mendapati bukti berdebu ini masih baru, hal ini menguatkan persepsiku bahwa topi ini belum lama diambil dari tempat kejadian perampokan hari hari sebelumnya, mungkin satu atau dua hari sebelum perampokan di toko bunga ini. Terlihat jelas pada topi itu, Holmes menepuk nepukan bagian atasnya, debunya belum lekat menempel di atasnya dan masih bisa dibersihkan, Holmes mencium debu hitam pekat yang dia colek dari topi itu, katanya berbau arang. Adakah si pelaku telah menggunakan sesuatu yang mudah terbakar ? atau bahkan bahan peledak ? kurasa ya. Sepanjang perjalanan tak ada yang mencurigakan, warga Winchester terlihat seperti biasanya. Akhirnya sampailah aku di tempat kejadian, baiklah ini saatnya investigasi kriminal.

“ Mr. Holmes, Dr. Watson, ini tempatnya “ kata komisaris Stanford. Seraya mengajak kami masuk

“ apa perlu kita mulai langsung, Holmes ? “ tanyaku pada Holmes. Ketika aku sudah di dalam sementara Holmes masih di luar.

“ ya, Watson, komisaris Stanford, kalian lakukan yang terbaik, apapun itu sebisa kalian, aku akan melihat lihat sekitar, tapi jangan pindahkan benda benda yang tergeletak bahkan jangan sentuh apapun yang berantakan, biarkan mereka tergeletak di sana “.

“ ada baiknya tiga di antara kalian ikut Sherlock Holmes, tiga jaga di luar pintu dan dua lainnya, yaa, kalian berdua jaga di seberang jalan, waspadalah jika anarkisme datang tiba tiba “ aku memerintahkan kepada opsir opsir  yang kami bawa.

            Belum selesai Holmes berkeliling, aku memanggil Holmes karena aku melihat sesuatu yang menarik disini. Kemudian kembali lagi dengan tiga opsirnya, Holmes menodongkan telapak tangan kanannya pada tiga opsir itu, isyarat menjaga di luar saja. Ketika Holmes masuk aku menunjukan tiga benda tergeletak di lantai, yang mana kupikir akan menjadi petunjuk bagi investigasi ini. Antaranya ada topi bermotif kotak kotak coklat tua, amplop sobek berwarna coklat lumayan besar dan laci yang terbongkar letaknya ada di bawah meja si florist ( penjual/ahli khusus bunga ) dan isinya beberapa coin emas berantakan keluar, di atas lantai.

“ Holmes, komisaris Stanford, kemarilah “ kataku.

“ apa yang kau dapat, Watson ? “ Tanya Holmes.

“ ada yang menarik, Doctor ? “ Tanya komisaris Stanford.

“ ya, lihat ketiga objek ini, topi, amplop yang sobek, dan laci ini “.

“ apa pendapatmu Watson ? “

“ topi ini, aku berpikir mengenai topi ini. Si pelaku telah meninggalkan topinya secara tidak sengaja setelah melakukan aksinya, amplop ini berisikan surat yang berarti penting bagi si florist, maka dari itu si pelaku mengambil isinya dan, laci ini, di depannya ada emas yang berantakan, kurasa ada yang lebih berharga dari emas ini “.

“ interaksi yang bagus, Watson !, bagaimana menurutmu, Mrs. Stanford ? “

“ aku tidak tahu menahu, yang baru ini rumit, benda benda disini terlalu sederhana “

“ baiklah, Mrs. Stanford, Watson bagaimana kalau topi itu tidak ditinggalkan begitu saja, tapi memang sengaja dijatuhkan dan amplop itu, kurasa kau keliru untuk yang satu ini, aku setuju amplop itu penting bagi pemilik sebuah benda berharga. Tapi bagaimana kalau amplop si florist bukan apa yang menjadikan berarti penting baginya, tapi… sangat berharga bagi si pelaku, dan ya emas itu, ada yang lebih berharga dari emas emas itu”. Seraya mengambil amplop itu dari atas lantai.

“ pertama, Holmes, apa maksudmu ‘sengaja dijatuhkan’ ? “

“ meninggalkan jejak “ jawab Holmes sambil menundukan kepalanya, menempatakan pandangannya ke lantai.

“ maksudmu meninggalkan topi itu untuk menghilangkan jejak kriminalnya, dan sekarang si pelaku berganti pakaian dan penampilannya agar menjadikannya sebagai identitas baru dan tidak dikenal ? “ Tanya komisaris Stanford.

“ aku yakin bukan… tapi bisa saja demikian, Mrs. Stanford… dan… “

 
          Sherlock Holmes belum selesai bicara, terlihat suara ribut di luar. Kami semua reflex melihat ke arah seberang jalan, terlihat tiga orang opsir menangkap dua orang criminal. Satu pria bertubuh kurus tinggi, wajahnya sebagian tertutupi noda arang yang tipis, dan yang satunya lagi bertubuh ideal tapi agak mabuk. Dua opsir membawa mereka dan salah satunya melapor pada kami, untunglah mereka telah memborgol kedua tangan mereka. Satu opsir yang lain bertanya meminta perintah.

“ Komisaris Stanford, kami menangkap dua pelaku anarkis, apa yang harus kami lakukan sekarang ? haruskah kami membawa mereka ke markas ? kami menunggu perintah“

“ apa yang telah mereka lakukan ? “

“ mereka berdua berkelahi hingga memancing beberapa tuna wisma setempat ”. jawab salah sati opsir.

“ ya, bawa saja mereka ke… “ setengah kalimat perintah dari komisaris Stanford, Holmes menyelanya.

“ tidak, tunggu, tahan dulu, Mrs. Stanford… kita butuh mereka berdua, sebaiknya kau melakukan interogasi kecil sekarang juga, aku akan menelaah mereka “.

             Atas perintah Sherlock Holmes, komisaris Stanford melakukan interogasi mendadak. Entah apa yang ada di pikiran kedua pelaku anarkis ini, mereka terus menerus saling tatap senyum, dan tak lama kemudian tertawa kecil, dan menjawab pertanyaan dengan agak kacau terlontar dari mulut mereka. Aku hanya pikir mereka mabuk. Mereka berlutut sementara interogasi dari Mrs. Stanford berjalan.

“ baiklah, tuan tuan, anarkisme apa yang telah kalian perbuat ? “

“ tidak ada, kita bercanda “

“ untunglah perbuatan mereka masih kecil akibatnya, Mrs. Holmes… jawab aku dengan jujur, maka kalian akan baik baik saja, apa kalian melihat perampokan yang terjadi di tempat ini malam lalu ? “

“ tidak “ kata salah satu pria

“ ya ! “ yang satunya lagi berkata ya.

“ tidak ! “

“ ya !, itu teman kita yang melakukannya “

“ dia membawa kelompok ? “

‘ ya, dua orang temannya “ kata si pria kurus.

“ kalian pasti tahu dimana tempat tinggalnya ? “

“ tidak, dia seorang tuna wisma “

“ setidaknya kalian tahu dimana dia dan teman temannya suka berkumpul, beri tahu kami, dan kalian akan dipertanggungjawabkan, tenang saja, tuan tuan “. Pertanyaan Holmes menyela interogasi Mrs. Stanford

“ kawan, ini kesempatan bagus “. Kata satu temannya.

“ ya, baik, kita akan mengantar kalian ke tempatnya “.

            Kemudian kami semua dan kubu memutuskan untuk mengikuti dua orang ini ke tempat berkumpulnya si pelaku bersama teman temannya. Kami berjalan sejauh 3 kilometer, aku sempat berfikir dua orang mabuk ini sedang mempermainkan kami agar tersesat tak tahu dimana, sementara mereka berdua dengan mudahnya bisa berbaur dengan siapa saja, dimana saja. Kami menaiki bukit bukit kecil namun banyak, melangkahi jalan setapak, melewati semak semak sempit, menerobos kebun dan tibalah kami di sebuah ladang besar nan gersang, terselimuti salju. Tumbuh tumbuhan dan pepohonanya kering, tanah gersang dan angin menghempas debu yang bercampur embun hingga menyelimuti wajah dan mata kami dengan hempasan halus yang kering, tapi salju masih ikut terhempas dan memberi udara sejuk. Tempat itu ternyata sebuah lapangan pacu kuda yang sudah tidak dipakai sejak dua tahun lalu. Keadaan ini menjadikannya sebagai tempat yang bisa jadi cukup nyaman bagi markas para kriminal  dari manapun dan sangat tidak nyaman bagi siapa saja yang melewati lahan ini, namanya lapangan pacu kuda Rodshire. Mereka berdua meminta kami untuk menunggu di gerbang, dan mengajak hanya komisaris Stanford bersama dua temannya masuk ke salah satu penginapan yang letaknya kira kira seratus meter lebih dari gerbang. Aku bersama rekan yang lain berdiri menunggu sekitar dua puluh menit lamanya. Tiba tiba terdengar suara letusan senapan dari kejauhan, semuanya kaget, lalu Holmes mengeluarkan pistolnya dan mengatakan sebaiknya kami jemput mereka bertiga. Kami memberanikan diri masuk melewati ambang gerbang, apa yang terjadi ? kami melihat komisaris Stanford dan dua temannya berlari secepat mungkin meraih kumpulan kami. Dan apa yang kami lihat ?. Si komisaris berlari duluan, namun salah satu temannya tertembak di bagian diafragma dari belakang, dan tergeletak sekarat di atas tanah, sungguh pemandangan yang mengerikan. Segeralah aku menyiapkan pistol yang kubekali sebelumnya dan Holmes meminta dua pistol otomatis dengan amunisinya dari beberapa opsir, satu untukku dan satu untuknya. Untungnya opsir yang lain tak lupa membawa senapan, jadi aku bisa mendapatkan senjata kecil mereka. Benar apa yang telah dikatakan Holmes, kita melawan satu kubu. Belum sempat aku menempatkan pandanganku ke markas para barbar ini, mereke terlihat keluar dari sebuah penginapan, keluarlah mereka dan dari sana datang dua puluh orang, tentu kita kalah jumlah. Tapi sekawanan kami tidak menyerah, kami melawan mereka. Di sana, di hadapan sebuah gerbang ada tiga kandang kuda besar yang ada bantalan bantalan dari karung berisikan pasir di dalamnya, kami berlindung disana. Dan baku tembak dimulai, jika ini adalah instrument maka ini adalah instrument yang sangat mengerikan berjalan tidak bisa dihentikan, bersuara bising seperti kilat layaknya menyambar disamping telingaku. Aku tidak sempat berbicara ataupun memanggil siapa pun, semua suara tertutupi letusan letusan senapan antara opsir opsir dan para kriminal. Sherlock Holmes, komisaris Stanford dan opsir lain fokus berlindung sesekali mendirikan badannya yang bertelungkup tiarap, untuk meluncurkan peluru peluru mereka dari balik bantalan karung pasir yang melindungi diri kami. Di tengah tengah perseteruan yang demikian mematikan ini, empat orang opsir kami tertembak, dua di antaranya meninggal karena peluru para barbar mengenai tepat di jantung mereka. Sekawanan kami berkurang lima orang, sayang sekali, nyawa salah satu teman komisaris Stanford tak terselamatkan. Dua opsir lain tergeletak sekarat di belakang bantalan karung pasir, yang jaraknya beberapa langkah dari Holmes dan satu lagi kira kira tiga langkah dari komisaris Stanford. Delapan orang semua dari kami, pasukan kami hanya tinggal lima orang, kami belum menyerah. Pada moment moment yang mengguncang dada dan mengacaukan pikiran itu, Holmes berteriak pada semua yang tersisa.

“ kalian semua ! lemparkan granat asap kalian dan ikuti aba-abaku ! “ sahut Holmes.
            Semua opsir mengeluarkan granat asap mereka, melepas kuncinya dan melemparnya sejauh antara lima belas sampai dua puluh kaki. Sepuluh detik jangka waktunya, granat granat itu meledak, menghembuskan asap kelabu yang sangat gelap bagi kriminal kriminal itu. Lalu Sherlock Holmes mengisi-ulang pistol otomoatisnya, kemudian berdiri dengan membungkukan badannya sedikit. Dan dia berteriak.

“ semuanya, tembak ! “

            Suara pistol otomatis dan senapan senapan dari tiga orang opsir kami menciptakan suara suara letusan bising yang tiada hentinya, kecuali ketika mereka mengisi-ulangnya. Akan tetapi peluru peluru yang meluncur dari senapan orang orang itu tetap diusahakan untuk menembus pertahanan kami. Tak lama setelah itu, Holmes memberi perintah lagi.

“ semuanya merunduk !, baiklah, kita ada delapan orang, semua serempak sekarang, buang sisa peluru kalian dan isi ulang lagi ! setelah habis kita isi ulang bersama sama ! “. Teriak Holmes sambil menolehkan pandangannya ke kiri kanan, dengan posisi tubuhnya bersandar di balik salah satu bantalan karung pasirnya. Dan perintahnya mulai lagi.

“ satu, dua, tiga. Sekarang ! “ teriakan dari perintah Holmes mendapati semua anggotaku mengangkat tubuh mereka, dan meluncurkan peluru peluru.

            Ketika tidak ada harapan, keadaan kami berada di bawah kuasa laju peluru yang mematikan. Amunisi sudah tersisa sedikit lagi, opsir opsir sudah tidak punya granat asap yang lain lagi, karena mereka membawa masing masing satu tergantung di sabuk mereka. Sepertinya  Sherlock Holmes tidak kehabisan akal, belum lama dia memikirkan ide yang harus muncul mendadak, seseorang dari belakang melemparkan granat asap hingga jatuh hanya dua meter di depan kami. Asap yang menghembus dari sebuah granat kali ini bukan memberi kegelapan untuk orang orang kriminal itu, tapi memberi perlindungan kegelapan untuk kami, sehingga mereka musuh kami menghentikan senapannya. Dan saat kali ketiga ini, kami menang, mereka berhasil dilumpuhkan. Dua opsir yang sekarat itu adalah anggotaku, dan tiga korban lain, suhu badannya sudah berubah menjadi lebih dingin, tergeletak di lingkungan kriminal ini. Beruntungnya kami, penginapan mereka memiliki telegram yang masih berguna dengan baik. Kami semua masuk dengan pakaian yang kusam akibat debu mesiu dan noda dari granat granat asap, orang yang tersisa dibiarkan beristirahat di salah satu ruangan , sedangkan kriminal -kriminal yang sekarat dibiarkan di luar sana. Komisaris Stanford mengirim telegram ke markasnya dan meminta juga pertolongan medis dari salah satu rumah sakit di Winchester, untuk bertanggung jawab atas korban dan para kriminal yang sekarat, karena mereka nantinya akan diadili juga . Kami bertiga bernapas lega sekarang, meskipun berita duka dari kejadian yang kami lihat langsung sepertinya masih terngiang di pikiran. Aku bertanya pada Holmes mengenai siapa yang melempar granat yang terakhir itu.

“ Holmes, kau sadar, atau kau mengetaui siapa yang melempar granat terakhir itu ? “

“ itu tadi… dia… “ belum selesai Sherlock Holmes menyebutkan sebuah nama, seseorang wanita muncul dari ambang pintu. Wanita itu Irene Adler

“ tadi itu aku, Holmes… dan tentunya kau masih ingat aku, Doctor Watson “
 
“ bagaimana kau bisa sampai disini ? “ tanyaku padanya.

“ sebenarnya aku mengikuti jejak dan investigasi kalian, hanya saja aku berbaur dengan orang lain, aku yakin kau sempat melihat seorang wanita mengenakan scarf merah mawar membawa seikat besar bunga melewati langkahmu di sisi kanan “. Katanya

“ ya, aku melihatnya, Watson “ jawab Holmes.

“ Doctor Watson, bahkan aku sempat menyapa kalian dengan suara halus “

“ itu benar, Watson aku menjawab sapanya “

“ memangnya apa yang membuatmu mengikuti kami ? “

“ aku ingin mengetahui siapa pelaku perampokan ini, karena florist yang tokonya dirampok, dia sahabatku. Aku telah lama akrab dengannya, dia ahli dan tahu banyak soal bunga. Perasaanku lega sekarang dia aman di kepolisian Winchester, menunggu rekomendasi dari investigasi mengenai pelaku kriminal ini. Hari hari sebelumnya aku melihat perampokan lain, memang lebih sederhana “.

            Begitulah hidup kami hari ini, betapa mematikannya perseteruan kami di ladang pacu kuda Rodshire. Aku yakin betul apa yang terjadi hari ini bisa menjadi catatan yang berisikan pengalaman berbahaya bagiku dan Sherlock Holmes. Namun, disamping itu aku masih dihantui bayangan akan rasa penasaran yang memenuhi pikiranku. Terutama ketika Holmes menyebutkan bagaimana jika topi coklat kotak kotak itu sengaja dijatuhkan dan soal apa yang lebih berharga dari setumpuk kecil coin coin emas. Di tengah loby yang sudah usang, Holmes duduk di sebuah sofa, menjulurkan kakinya sepanjang sofa. Aku duduk di atas salah satu meja kayu dari bekas dan Stanford duduk di sebuah kursi kecil juga Irene adler, di kursi yang lainnya. Sebelum aku bertanya, Sherlock Holmes menanyakan pada sang komisaris akan apa yang telah dia perbuat di markas barbar itu, sehingga mereka membawa insiden dahsyat yang mengerikan pula. Sherlock Holmes bertanya dengan banyak menarik nafas panjang, seolah ada rasa kesal dalam dirinya akan hal ini.

“ Mrs. Stanford, sekarang katakanlah padaku apa yang telah terjadi di markas mereka yang kita singgahi sekarang ini ? “.

“ sebenarnya di sana aku… aku dan dua orang temanku tepat mendapati… “. Komisaris Stanford menjawab dengan terbata bata.

“ kumohon jawab dengan jelas, Stanford ! “. Lalu Sherlock Holmes membentaknya dengan nafas panjang terengah engah disertai perasaan yang masih tegang, layaknya komisaris Stanford telah melakukan kesalahan fatal dan merugikannya.

“ tenanglah, Holmes, semua baik baik saja sekarang “ aku menyelanya.

“ sebenarnya, aku dan dua temanku tadi dijebak di loby ini, dan kita semua terjebak dari sejak awal. Kedua orang kriminal yang kita tangkap itu pelaku perampokan toko florist. Dan ketika kami masuk, ternyata kami dihadapkan oleh mereka pada… “.

“ sebuah kubu, Mrs. Stanford ! jadi mereka bukanlah saksi dari teman mereka yang melakukan perampoan, tetapi mereka memang pelakunya dan aku sudah mengetahui itu, Watson. Kau ingat topi yang kau temukan ? “.

“ kau benar sekali, sebuah kubu, dan semuanya mengenakan topi “

“ pasti topi yang sama. Topi bermotif kotak kotak berwarna coklat tua “.

  tentu aku ingat topi itu. Maksudmu mereka menjebak kita dengan sebuah topi ? “.

“ ya, Watson. Aku suka investigasimu tadi. Aku sempat berfikir sama seperti kau, bahwa topi itu jatuh secara tidak sengaja. Dan aku setuju pendapat Mrs. Stanford bahwa topi itu dijatuhkan untuk merubah penampilannya agar tidak terlihat bahwa dia pernah melakukan tindak kriminal , tapi Mrs. Stanford keliru. Topi itu sengaja dijatuhkan sebagai jebakan, aku yakin sekali lagi, mereka memiliki Tuan yang membayar mereka “. Suaranya lebih tenang kali ini daripada nadanya yang membawa sedikit kemarahan dari dalam dirinya.

“ bagaimana bisa ? “.

“ kau ingat, Watson. Ketika sepanjang perjalanan menuju tempat kejadian, dan aku membawa topi yang aku minta dari kepolisian Winchester, hasil investigasi perampokan sebelumnya. Aku Tanya kau, Watson. Apa kau menyadari ada hal lain selama perjalanan kita ? “.

“ tidak, kurasa semua baik baik saja “.

“ aku ingat gagasanmu, bahwa kau ingin kita memberi kabar jika saja tadi ada yang mencurigakan. Tapi sayang, kali ini kau mengingkari perkataanmu sendiri, Watson “.

“ maksudmu apa ? jujur, aku tidak melihat ada yang mencurigakan sepanjang perjalanan ! “.

“ kau tidak lihat, saat kita di perjalanan menuju investigasi, kira kira ada sepuluh orang lebih mengenakan topi coklat ini, dan mereka bermotif kotak kotak “.

“ sungguh, aku menyesal, Holmes “. Aku sangat menyesal, benar apa yang dikatakannya mengenai aku, bahwa aku telah mengingkari kata kataku sendiri kali ini.

“ sayang sekali, Watson. Lupakanlah ! selain itu, sebagian dari mereka mengikuti kita secara tersebar, dan dua barbar itu, adalah dua orang dari mereka “.

“ lalu bagaimana mereka menjebak kita ? “.

“ perampokan yang mereka lakukan malam itu, si pelaku sengaja menjatuhkan topinya, agar dijadikannya petunjuk olehku. Aku sadar itu petunjuk yang sengaja dibuat, Bahkan topi dari investigasi sebelumnya, debunya belum lama. Jika debu ini sudah lama, maka ini tidak bisa dibersihkan begitu saja, dan debu yang menempel pada topi itu begitu tebal. Dan noda darahnya, aku memiliki keraguan akan ini karena ketika aku mencolek warna darahnya, aku mendapati jari telunjuk dan jempolku di selimuti oleh ampas merah tebal dan agak basah. Apakah kau berfikir itu darah ?. Watson, ambilkan aku segelas wine itu “. Holmes memintaku mengambilkan segelas wine yang ada di samping kaki kiriku. Dan wine itu kemudian dituangkan olehnya pada topi itu, pada titik yang ada noda darahnya. Dan apa yang terjadi dengan warna nodanya ?.

“ Wine ini berbau alkohol…lihat, Watson. Nodanya hilang, ini bukan darah ! “. Noda darah itu hilang setelah Holmes menyiramkan sedikit wine yang berisi alkohol pada topi itu.

“ cat warna ! “. Trick yang mudah kutebak.

“ tepat !, tipuan yang cerdik sekali, Watson ! “ sambil menolehkan pandangannya ke arahku, dengan mulut yang ditarik oleh otot senyuman di wajahnya.

            Setelah sekian lama beristirahat, kami semua mengangkat tubuh yang masih dibebani oleh rasa lelah beranjak pergi dari tempat itu, langsung menuju kepolisian Winchester. Beruntunglah sekembalinya kami semua dalam keadaan sehat, meskipun pada saat peperangan itu sangat menekan mental, dan sekali aku merasa beruntung karena tidak ada satu dari kami pun yang mengalami trauma. Sherlock Holmes dan komisaris Stanford pergi bersama sama naik kereta kuda menuju markas di Winchester, aku dan Irene Adler pulang ke pondok Mrs. Hudson juga opsir opsir lain pulang ke tempat masing masing. Sesampainya aku dan Mrs. Adler di rumah, kukira Holmes sudah sampai lebih dulu, bersamaan dengan kepulanganku di Baker Street datanglah sebuah surat, kali ini Irene Adler yang membacakan untukku.

“ aku tahu betapa membahayakannya tadi, Doctor Watson “. katanya.

“ ya, tapi ada baiknya… tadi itu sangat menolong, Mrs. Adler, kami tidak sadar bahwa kau yang menolong kami, aku dan Holmes akan sangat minta maaf juga terima kasih “.

“ itu tidak masalah. Doctor Watson, aku mendapat surat “

“ surat apa itu ? “ aku bertanya.

“ kurasa surat biasa, pada katup amplopnya ada inisial A.L. Kira kira apa ? atau siapa ini ? “

“ bisa kau bacakan ? “

“ tentu “ kemudian Irene Adler membacanya.

           
‘untuk Detective consultan London, Sherlock Holmes. Aku yakin kau masih ingat tulisan tangan siapa ini, ini aku yang pernah melakukan tindak kriminal dengan trik trik miliku yang handal. Kali ini aku mengakui, aku adalah seorang kriminal dari keluarga terkemuka, dan aku ingin mengetahui seberapa tinggi intuisimu, Mr. Sherlock Holmes. Maka dari itu, aku mengadakan sebuah permainan, dimana permainan ini akan membuat pemenang mendapat berlian Persia, salah satu yang kucuri dan bagi siapa pun yang kalah harus mengakui bahwa dia adalah kriminal. Permainan ini melibatkan kepolisian Inggris dan Perancis. Permainan akan tetap berjalan sekali pun kau berusaha menghindar, aku memiliki satu dukungan kepolisian Paris Pada hari kamis di Brandwell Street aku menunggumu, Sherlock Holmes’
                                                                                                                        ‘Arsene Lupin’
“ Arsene Lupin ? siapa itu ? “ Irene Adler mungkin belum pernah dengar nama ini, dia bertanya.

“ dia adalah seorang rival Sherlock Holmes “
“ seorang pencuri ? “

“ tepat sekali !, jika kau pernah dengar cerita Robinhood, dialah Robinhood-nya kalangan orang orang glamor “. Jawabku dengan nada yang sedikit kelelahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar