Sabtu, 25 Mei 2013

Sherlock Holmes dan Perjalanan Arsene Lupin Bab 1 bagian 3

part 1.3 – Tantangan yang menarik
            Setelah peristiwa mematikan itu, kami semua sampai di rumah dengan tenang pada sore hari. Aku bisa menyegarkan kembali wajahku dan membersihkan seluruh noda debu di badanku di dalam air dingin, sehingga aku merasa segar dan normal kembali. Irene Adler menginap sebentar di sini, sementara mengistirahatkan badannya yang telah terlibat aksi baku tembak di ladang pacu kuda Rodshire. Sherlock Holmes benar, Irene Adler selain seorang wanita sejati, namun dia juga pemberani. Sherlock Holmes belum pernah menyangka itu sebelumnya, jati diri Irene Adler terungkap sejak dia memenangkan kasus raja Bohemia yang mana satu hal seolah membuat Mrs. Adler bersikap kompetitif, dan Sherlock Holmes mengakui keahliannya. Saat dia menyapa Sherlock Holmes di suatu malam, ketika Holmes masih mengenakan penyamarannya sebagai pendeta, seorang pemuda menyapanya dengan langkah kaki yang cepat melewati kami. Sebelumnya saat perayaan di Briony Lodge, Sherlock Holmes dalam penyamarannya sebagai pendeta, lalu setelah dia mendapati dirinya masuk ke rumah Irene Adler karena luka akibat dari kerusuhan kecil di halaman rumahnya, aku melempar sebuah bom asap untuk mengalihkan perhantiannya bahwa ada kebakaran. Semua orang terkejut saat malam itu, Holmes bilang dia melihat dimana sebuah benda yang menjadi masalah besar bagi raja Bohemia tersimpan, Irene Adler yang menunjukannya sendiri secara spontan ketika asap keluar memenuhi udara kamarnya. Lalu Holmes mengatakan bahwa kebakaran itu diakibatkan oleh bom asap, katanya saat itu ada seseorang yang sengaja berusaha menggagalkan pernikahannya dengan Godfrey Northon, pelakunya itu aku secara diam diam. Namun tidak disangka sangka ternyata Irene Adler melakukan penyelidikan juga terhadap kami, saat itulah Irene Adler menyamar menjadi seorang pemuda, mengikuti kami kemudian menyapa Sherlock Holmes. Itu membuat Sherlock Holmes menyadari bahwa ada juga yang kehaliannya sebanding dengannya. Jika aku ingat kasus kasus Sherlock Holmes dan catatan catatanku, kertas kertasku menyimpan serangkaian pengalaman pengalaman unik dari petualanganku bersama Sherlock Holmes. Semua deduksinya selama ini nyaris semuanya tepat, aku yakin ini bukan karena dia memiliki keahlian seperti peramal gypsy, tapi Sherlock Holmes selalu mencari fakta sedetil detilnya juga bukti bukti kecil yang kebanyakan orang menganggap tidak penting. Imajinasinya tidak sembarangan, Holmes selalu mengutarakan berbagai pemikiran dan teori teori alternative dari setiap benang merah. Metodenya yang sangat teliti membuatku tidak menyerah ketika sebuah jalan buntu menghentikan penyelidikan kami. Sherlock Holmes dan Irene Adler, dua orang hebat yang pernah aku hidup bersama mereka. Aku tengah berganti baju, terdengar dari kamar Holmes ada seseorang mengetuk pintu. Setelah aku berpakaian lengkap dan rapi, aku beranjak keluar dari kamar Holmes. Kulihat ke tengah ruangan, kurasa Irene Adler sudah pulang selama aku mandi. Kubuka pintunya dan di depanku terlihat Sherlock Holmes dalam penampilan yang masih berantakan. Aku menariknya masuk ke dalam, dan menuangkan satu cangkir teh untuknya, juga pipanya. Aku selalu berfikir bahwa pipanya selalu membuat pikirannya tenang dari berbagai masalah, apapun. Kehangatan perapiannya menenangkan jiwanya. Salju tahun ini turun cukup lebat dan deras, dinginnya agak menusuk tulang. Tapi ada baiknya jika aku menanyai Holmes mengenai hasil investigasi komisaris Stanford.

“ betapa hari yang melelahkan, Holmes. Ayo masuk “.

“ betapa hari yang mengerikan, Watson ! “.

“ bagaimana hasilnya, Holmes ? “.

“ semua baik baik saja, kepala kubu ini bernama Garlish “.

“ lalu oknum oknumnya ? “.

“ mereka mendapat masing masing tindak lanjut, meskipun membutuhkan waktu yang lama “.

“ Mrs. Adler kurasa dia sudah pergi sebelum kau pulang, dan ini ada surat “.

“ surat apa ? “.

“ surat dari rivalmu “.

“ benarkah ? “

            Holmes membaca dengan seksama, tiba tiba Holmes membanting kertas ke mejanya. Seolah ada yang membuatnya sangat kesal pada surat itu. Aku bisa saja merasakan hal yang sama sepertinya, karena surat itu bernada arogan. Minggu ini akan menjadi minggu kami keluar masuk rumah, menghadapi rintangan rintangan berbahaya, dan menembus segala macam trik trik kriminal. Sangat melelahkan kedengarannya, tapi kami tidak bisa menghindari semua itu begitu saja. Sherlock Holmes selalu menangani kasus dengan kejeniusannya, melihat secara teliti, dan mengungkap bukti juga fakta yang menurut banyak orang tidak berguna. Tapi semua benda benda itu bagi Holmes sangat membantu kasusnya, seolah benda benda yang Sherlock Holmes temukan itu hidup, bisa berbicara dengannya dan memandunya menuju inti dari sebuah kasus. Beberapa kali aku mencoba metodenya, ternyata itu adalah bantuan yang sangat menonjol, meskipun beberapa kali pula aku keliru. Tapi itu salah satu yang menjadikan Holmes dipercaya, karena metodenya teliti dan logis. Aku melihat raut wajahnya yang lelah membuatku khawatir, ditambah surat dari Arsene Lupin datang padanya saat keadaannya sedang lelah dan letih. Sebenarnya aku ingat jebakan jebakan Lupin tidak begitu membahayakan, hanya jebakan jebakan konyol yang membantunya untuk sementara menghalangi mereka yang mengejarnya.

“ surat yang arogan, Watson “

“ ya, memang… lalu bagaimana dengan tantangannya ? “

“ aku sedang memikirkan sebuah rencana, Watson… “

“ aku bisa bantu membuat rencana, Holmes “

“ ya, tapi kau yakin ? ada kemungkinan besar kita akan kalah, Watson “

“ kalah ? “

“ ya, kau ingat telegram dari Lestrade, besok dia akan datang pagi pagi dan kita akan berangkat ke Paris. Pertanyaannya bagaimana kita akan menjalankan kasusnya dan menaklukan si Lupin ini dengan waktu yang singkat ? “

“ ya, aku ingat itu… “ di samping jawabanku, aku ikut memikirkan suatu rencana, yang efektif nan singkat.

“ kau tahu trick tricknya sangat pintar dan tidak mudah kita menghindarinya dengan waktu singkat “

“ tenanglah, Holmes ! “

“ tidak bisa, Watson !, kita akan menjalankan kasus Lestrade dalam keadaan dikejar kejar oleh dua pihak kepolisian dari masing masing Negara berbeda “.

“ ini beban berat, Holmes “

            Kemudian Sherlock Holmes terdiam sejenak, memikirkan lagi rencana yang bisa jadi lebih maju dan efektif. Bagaimana pun caranya aku harus memenuhi ide ide bagus untuknya, aku melihat di wajah Holmes ada kekhawatiran yang melanda hati dan pikirannya, seolah situasi ini adalah jalan buntu baginya. Seperti permainan dan teka teki dalam sebuah labirin, bagi orang awam semuanya membingungkan. Pikiran Sherlock Holmes mengenai keadaan ini membuatnya berada dalam penjara kebingungan, yang menjadikan satu satunya kunci hanyalah surat itu. Kebingungan yang sama juga sepertinya melanda pikiranku, hanya karena sebuah surat bernada arogan. Beberapa saat kemudian, sepertinya Sherlock Holmes mendapat sebuah gagasan yang memiliki kemungkinan untuk mengendalikan masalah ini, meskipun aku tidak tahu apakah itu baik atau buruk. Tiba tiba dia memintaku untuk memberikan lagi surat itu padanya, seketika aku merasa ada jawaban untuk situasi yang demikian gawat juga membingungkan seperti ini.

“ Watson, bisa kulihat lagi surat itu ? “.

“ baiklah ini, Holmes “. Aku memberikan surat itu padanya. Lalu beberapa detik dia membacanya sambil menopangkan dagunya di atas kepalan tangannya yang dia letakan di atas meja bundar kami.

“ coba kau teliti lagi surat ini, Watson benarkah ini dari Arsene Lupin ? “.

“ kau bisa lihat pada katup amplopnya, ada inisial A.L “.

“ kau yakin ? “.

“ tidak, juga. Tapi bukankah itu atas namanya ? “.

            Seraya memegan surat itu dan dalam hitungan detik, Sherlock Holmes menunjukannya padaku gerak gerik yang berisi gagasan menarik darinya. Tangan dan kakinya berganti ganti posisi, kelopak matanya melebar dan menyempit seolah dia sedang memperhatikan pemandangan remang remang, sementara semua persepsinya bahkan pandangannya tertuju pada surat itu dan tidak sekali pun melihat kepadaku. Saat saat inilah membuatku semangat kembali, dedikasi Holmes kembali pada situasi jalan buntu ini. Sepertinya jika kami mendapati sebuah teka teki tertunda di hadapan jalan buntu, maka Holmes akan membuat jalan buntu itu di dobraknya sehingga membuka sebuah jalan baru, seperti gagasannya. Holmes memperhatikan surat itu, kemudian membuka surat dari Lestrade. Kupikir dia sedang membandingkan kedua surat itu, aneh sekali !. Bagaimana caranya membandingkan kedua surat berbeda ? apa perbedaan yang dilihatnya ?. Dengan rasa ragu akan kehadiranku sendiri di hadapannya, tapi tidak masalah rasanya jika aku ikut mendukung gagasannya. Lalu aku duduk di kursi yang satunya lagi dari meja bundarnya itu, ditemani secangkir teh hangat dari Mrs. Hudson.

“ kau perhatikan, Watson. Kedua surat yang berbeda ini ! “.

“ ya, lalu apa ? “

“ apa bedanya ? “

“ aku tidak melihat perbedaan apa pun, Holmes ! “. Memangnya apa perbedaan kedua surat ini ?. setahuku ini surat yang berbeda karena maksud dan tujuannya masing masing. Satu dari seorang inspector dan satu lainnya dari seorang kriminal.

“ aku tidak melihat perbedaan kedua surat ini karena maksud di dalamnya, Watson ! “

“ jadi, apa yang kau dapat ? apa gagasanmu ? “.

“ lihatlah ini… surat Lestrade, memiliki stamp resmi kepolisian Perancis, dan ada tanda tangannya, tanpa perlu menyertakan insial Lestrade pada bungkus amplopnya. Sementara, surat dari Lupin, tidak ada tanda tangannya ataupun stamp yang mewakili bahwa ini dari Arsene Lupin di Perancis. Sekali lagi, Watson. Kau yakin ini dari Arsene Lupin ? “.
 
“ tadi aku tidak memperhatikan itu, Holmes “.

“ tidak masalah, Watson. Sekarang, jika ini surat dari Arsene Lupin, tidak ada tanda tangan aslinya. Adakah seseorang yang bisa menirukan tanda tangan orang lain ? “.

“ aku yakin, tidak ! “.

“ bagus, aku berfikir demikian, Watson “.

“ terakhir kali, aku dengar sendiri ucapan ucapan Lupin, tidak searogan ini. Dia adalah orang yang ramah, hanya saja dia menyembunyikan keahlian mencurinya dibalik penampilannya yang glamor dan perilaku ramahnya “.

“ bagus, Watson, lanjutkan ! “.

“ selain itu, Arsene Lupin tidak pernah meluncurkan permainannya secara langsung seperti ini. Dia selalu membuat jebakan jebakannya dengan berbagai macam tricknya. Dan permainannya bukanlah jebakan, tapi membuat jebakan adalah apa yang menjadikan suatu keahlian dari dirinya untuk melakukan berbagai trick layaknya dalam permainan “.

“ hebat, Watson ! “.

“ jadi, kemungkinan besar bahwa ini bukan surat dari Arsene Lupin, dan sekarang kita bisa abaikan surat ini. Kesempatan kita longgar dan tanpa khawatir bahwa kita masih memiliki dukungan Scotland Yard “.

“ kau hebat, Watson. Aku bahkan tidak memikirkan hal ini. Jadi pertama, ini perbandingan surat dari seseorang yang mengatasnamakan Arsene Lupin dan surat Lestrade, kedua ini perbandingan surat dari si pengirim dan sifat Arsene Lupin yang kita tahu “.

            Betapa melegakannya gagasan temanku ini, juga dukungan dariku. Tapi bukankah ancaman tetaplah ancaman ?. ada baiknya jika kami berjaga jaga, bisa saja pengirim surat ini salah satu anggota kubu pemburu hadiah yang lolos saat itu. Dan ini saatnya bagiku membuka kedua mata dan pikiranku pada sekeliling Baker Street, bahkan juga seluruh London. Perbandingan kami memecahkan teka teki ini memberikan nafas lega, meskipun belum sepenuhnya terungkap siapa pengirimnya. Tapi kami memiliki kesempatan untuk menangani kedua kasus, dari Lestrade dan permainan ini. Disamping hal itu, aku memiliki rasa penasaran dalam benakku akan hal hal yang kemungkinan datang. Adakah seorang teroris dibalik surat surat ini ? adakah kebenaran bahwa ini sebuah permainan ? apakah benar aku dan Holmes terkepung pihak dua Negara ?. masih saja ada hal yang membuatku ragu, setelah rasa lelah kami pergi sesaat, datanglah perasaan lain. Sungguh, minggu ini akan menjadi minggu kami berpetualang, membahayakan dan mengguncang jantung. Beberapa saat nanti, aku yakin kami harus memperkirakan kesulitan apalagi yang akan datang pada kami nantinya. Namun, aku melihat kesan tenang di raut wajahnya, seolah surat dari seseorang yang mengaku Arsene Lupin itu hanyalah kardus kardus yang menghalangi pejalan kaki. Tapi, apakah Sherlock Holmes tidak berfikir bahwa ini bisa jadi sebuah ancaman ?.

“ tapi, Holmes. Tidakkah kau berfikir bahwa ada ancaman dibalik surat yang demikian mudah ditebak ini ? “.

“ Watson, dibalik rasa tenangku, aku memikirkan hal itu “.

“ apa sebaiknya kita coba ke Brandwell street itu. Dan melihat apa yang sebenarnya terjadi ? “.

“ gagasan bagus, Watson. Kita masih punya kesempatan, ayo !  “. Sebelum Holmes beranjak dan memegang gagang pintu hendak membukanya. Aku menanyakan tongkatku yang hilang kemarin malam saat ada insiden empat orang kriminal.

“ sebelumnya, Holmes. Kau lihat tongkatku ? “

“ tidak, memangnya dimana benda itu ? “.

“ entahlah, Holmes. Tapi itu hilang semenjak kita melawan empat orang kriminal di restoran malam itu “.

“ begitukah ? gunakan payungku, Watson “. Dia menyuruhku untuk menggunakan payungnya saja untukku, sebagai pengganti tongkatku untuk sementara, aku bisa membelinya lagi lain kali.

             Aku dan Holmes pergi ke tempat tujuan kami sekarang ini, hanya memastikan apakah seseorang yang mengaku Arsene Lupin itu ada disana. Kami pergi dengan berjalan kaki, Brandwell Street tidak jauh ditempuh oleh kaki dari Baker Street. Sepuluh menit keberangkatan kami dari pondok Mrs. Hudson, 221 B Baker Street akhirnya sampailah kami ke Brandwell street. Betapa anehnya, kami melihat tidak ada apa apa disini, semuanya berjalan seperti biasa. Pejalan kaki, pedagang pedagang dari China, dan kereta kuda beraktivitas seperti biasa, kami memperhatikan orang orang di sekitar dan tidak ada dari mereka yang terlihat melakukan penyamaran. Aku tahu betul bagaimana Holmes membongkar seorang dalam penyamaran, karena Sherlock Holmes seorang yang ahli penyamaran. Tidak ada dari mereka yang penyamarannya sebaik Sherlock Holmes, karena ketika dia berjalan dalam penyamarannya, sampai sampai aku tidak mengenali bahwa itu adalah rekanku sendiri. Tidak lama kemudian, Holmes memintaku kembali ke pondoknya, setelah beberapa saat melihat bangunan bangunan di sekitar Brandwell Street. Selama perjalanan kembali, aku bertanya padanya apa saja yang sekiranya dia lihat disana tadi itu, aku memanggilnya dua kali namun dia tidak menolehkan sedikit pun pandangannya pada wajahku semenjak dia melihat seorang opsir yang bersandar pada salah satu tembok. Dari jarak beberapa meter dia memandang opsir itu, sepertinya opsir itu familiar baginya. Opsir itu bersandar dan wajahnya tertutup topinya, menunduk memandang tanah. Sampai kami melewatinya, Holmes kembali berpaling kepadaku.

“ Holmes, apa saja yang kau lihat selama kita berdiri di Brandwell street ? “.

“ tidak ada, semuanya seperti biasa “.

“ lalu apa lagi setelah itu ? “.

“ akan kuceritakan nanti di rumah, Watson “.

            Semakin cepat langkah kaki Holmes, aku melihatnya seolah ada yang membuatnya terburu buru. Sementara aku yakin sekali Sherlock Holmes sama sekali tidak dikejar waktu, lalu apa yang dirasakan olehnya ?. Dan kulihat tidak ada kejadian seperti kemarin, setengah kubu mengikuti kami secara diam diam, semuanya sudah baik baik saja sekarang. Kami kembali ke rumah, dan setelah aku masuk dan Holmes duduk kembali di kursinya di depan perapian. Aku bertanya mengenai apa yang membuat perhatiannya tertarik pada seorang opsir itu.

“ Holmes, kau baik baik saja ? “.

“ ya, Watson. Memangnya ada apa denganku ? ”.

“ lalu, apa saja yang kau lihat sepanjang perjalanan dari Brandwell Street ? “.

“ aku melihat ada seseorang yang mengawasi kita, Watson. Dari salah satu gedung di Brandwell Street “.

“ dan aku dua kali aku memanggilmu, kau tidak menjawab dan tetap melihat ke arah opsir itu “.

“ opsir itu, sepertinya pernah aku lihat sebelumnya “.

“ kau yakin ? “.

“ tentu, aku melihat pada dagunya ada bekas goresan luka. Dan luka itu ada pada dagu seseorang yang aku lihat saat kita berhasil menaklukan kubu permburu hadiah. Ada beberapa yang selamat, dan wajah opsir itu salah satunya ”.

“ begitukah ? “.

“ jika kau menanyakan demikian seperti apa yang kutanyakan sebelum berangkat, karena aku yakin hilangnya tongkatmu bersamaan dengan empat orang kriminal yang dibayar, ingat ! kubu pemburu hadiah memiliki seorang Tuan. Maka, aku yakin kubu pemburu hadiah ini belum selesai, Watson “.

“ dan ada hubungannya dengan empat orang kriminal itu. Adakah kemungkinan empat orang kriminal malam itu adalah anggota anggota pemburu hadiah ? “.

“ tepat, kau sangat yakin sekarang bahwa baru baru ini banyak aksi kriminal membuat kita terlibat ke dalamnya “.

“ ya, benar, Holmes. Dan bisa jadi bahwa mereka memiliki Tuan yang sama “.

“deduksi yang menarik, Watson. Aku suka itu ! “.

“ lalu apa yang kita lakukan sekarang ? “.

“ aku akan butuh bantuan Irene Adler untuk mengintai orang orang tertentu. Bisa jadi ini sebuah tantangan ? “.

“ tantangan yang menarik, Holmes ! “.

            Aku menanggapi pendapat Sherlock Holmes dengan mengantarnya ke Briony Lodge. Disana, di rumah Irene Adler, kami mendapati dirinya sendiri di rumahnya, tidak ada Godfrey Northon. Dengan mengharapkan bantuannya, Holmes mengutarakan bahaya yang sedang dihadapi kami saat ini. Sherlock Holmes mengharapkan bantuan Irene Adler, yang kemampuannya memata-matai dengan baik sekali. Aku mengetahui tindakannya saat itu, meskipun kemampuan mata mata Irene Adler sama dengan penyamaran Sherlock Holmes, namun keadaan yang melanda akan sama bahayanya dengan yang keadaan yang dihadapi Holmes. Kurasa temanku Sherlock Holmes benar, kubu pemburu hadiah belum selesai sampai disini. Aku juga mengharapkan yang sama seperti Sherlock Holmes, dan jika aku bisa mengutarakan pendapatku mengenai ini, maka aku akan sangat cermat mengatur strategiku dalam keadaan ini. Apakah ada hal lain yang lebih berbahaya dari kasus ini ? kurasa tidak, saat ini adalah suatu keadaan kami dikepung warga London, karena aku masih kesulitan mebedakan antara tuna wisma dan anggota kubu itu. Mereka bisa berbaur dimana saja. Baru kali ini aku mendengar sebuah kubu orang orang jalanan yang pemikirannya cerdik, biasanya kriminal kriminal  amatir meninggalkan jejak yang mudah sekali ditebak, bahkan tanpa bantuan Sherlock Holmes atau Scotland Yard, polisi polisi biasa pun bisa menanganinya, tapi tidak untuk kubu pemburu hadiah. Adakah suatu keahlian istimewa dari orang orang ini ?.

“ Sherlock Holmes ! “ sapa Irene Adler.

“ Mrs. Adler, aku butuh bantuanmu “.

“ kau yakin ? “.

“ ya, aku tahu betul keahlianmu, Mrs. Adler “.

“ apa yang akan kita hadapi kali ini ? “.

“ kau ingat kubu itu ?, mereka belum selesai sampai disini, Mrs. Adler “.

“ aku akan mengatur strategi dan langkah langkahmu, ditemani rekan setiaku, Dr.Watson, aku yakin kalian berdua aman untuk menemukan siapa kepala kubu ini “.

“ dan apa yang kau lakukan ? “.

“ aku akan menunggu. Aku yakin kau akan bertanya mengapa, Mrs. Adler ? dan jika kau menyangka aku takut akan bahaya ini, maka tidak sekali pun. Tapi, aku takut jika aku ikut bersama kalian, bahaya yang semakin besar mengintai kalian berdua. Kubu itu sudah mengenalku dengan baik, mereka menandai kemunculanku, Watson “.

            Jadi begitulah, alasan Holmes tidak melakukan apa apa, sementara kami mencari tahu banyak hal. Aku memang menduga duga sebelumnya bahwa aku akan melakukan beberapa investigasi seperti yang Holmes lakukan. Lalu, dengan mobilku, kami bertiga menuju Baker Street dari Briony Lodge. Sesekali aku meluncurkan pandanganku pada Sherlock Holmes, wajahnya pucat pasi dan bibirnya merah pudar, seperti mayat. Pasti ada kehawatiran mendalam pada dirinya, sepertinya dia dikepung oleh keadaan membingungkan saat ini. Terkadang dia menyembunyikan sebagian wajahnya dari leher sampai mulut di balik kerah tinggi dan scarfnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar